Y a p m a

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR

Alamat Jl. Maccini Raya No. 197 Makassar(0411) 436068

Menerima Mahasiswa Baru T.A. 2016-2017
PROGRAM STUDI :
* KESEHATAN MASYARAKAT
* S1 KEPERAWATAN
* PROFESI NERS

FACEBOOK CENTER
Created by:Razak Facebook

Kamis, 23 April 2015

MANAJEMEN KEBIDANAN AKDR

BY: Anthy /AKBIDMA
BAB   I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
          Paradigma baru program keluarga berencana telah diubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahterah  (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015“. Keluarga berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,  memiliki jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program keluarga berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya intergral dan meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu diantara kelima mitra kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan penduduk yang berkualitas. (Saifuddin, 2008).
     Lebih dari satu dasa warsa Program Keluarga Berencana  Nasional dilaksanakan di Indonesia. Selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil yang dicapai. Salah satu bukti keberhasilan program antara lain semakin tingginya angka pemakaian kontrasepsi. Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI 2011) januari - april tahun 2011, pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar (26,48%), pil sebesar (23,11%), IUD sebesar (23,85%), implant (23,47%), kondom sebesar (23,09%), kontap wanita (Medis Operasi Wanita-MOW) sebesar (24,83%) dan kontap pria (Medis Operasi Pria-MOP) sebesar (19,58%), pantang berkala (1,5%), senggama terputus (2,2%) dan metode lainnya (0,4%) dan sisahnya merupakan perserta KB tradisional yang masih menggunakan cara tradisional pantang berkala maupun senggama terputus. (Anonim, di akses tanggal 20 Mei 2011).
     Pelayanan KB hingga saat ini dirasakan masih kurang berkualitas. Hal ini terbukti dengan relatif masih banyaknya perserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi (drop out) karena alasan efek samping dan kesehatan maupun kegagalan dalam pemakaian. Hal terakhir ini yang menyebabkan kehamilan yang sesungguhnya tidak diinginkan. Pemakaian metode kontrasepsi pada akseptor KB terdapat beberapa efek samping, dengan demikian dalam pemakaian berbagai alat kontrasepsi perlu adanya kegiatan pembinaan yang lebih intensif, namun upaya tersebut belum dapat dilaksanakan oleh karena kendala waktu dan tenaga. Salah satu efek yang sering muncul karena terjadinya komplikasi pada akseptor AKDR diantaranya adalah Erosi Portio.
     Erosi pada akseptor KB IUD dapat terjadi karena benang IUD, perekatan logam polyetilen dengan posisi IUD yang tidak benar sehinggga mempermudah terjadinya pengelupasan sel superfisialis, dimana sifat dasarnya mudah terkelupas. Apabila lapisan sel ini terkelupas, maka terjadilah erosi portio yang akan menjadi kronis, jika tidak didapatkan penanganan secara segera, karena pengelupasan sel superfisialis berakibat hilangnya sumber makanan borderline sehingga tidak mampu memproduksi asam laktak yang menyebabkan pH vagina akan meningkat, naiknya pH vagina akan mempermudah kuman pathogen tumbuh. (Ayurai di akses tanggal 20 mei 2011).
     Di Makassar khususnya di RSAL Jala Ammari Makassar 2011 akseptor KB sebanyak 60 perserta dengan akseptor suntik 30 peserta, akseptor pil 23 peserta, akseptor AKDR / IUD 3 peserta, Implan 2 peserta, MOW 2 peserta, dan komdom 0 peserta. Angka kejadian terjadinya Erosi Portio khususnya di RSAL Jala Ammari pada pada bulan januari sampai mei 2011 ditemukan 1 akseptor AKDR dan 1 kasus ditemukan terjadi erosi portio pada saat kontrol AKDR di Poli KB di RSAL Jala Ammari Makassar.       
     Berdasarkan masalah-masalah yang di kemukakan diatas maka penulis tertarik untuk melengkapi permasalahan yang ada kemudian memaparkannya kedalam karya tulis ilmiah sebagai wujud toleransi dan tanggung jawab moral dalam menanggulangi masalah  erosi portio yang diterapkan dalam manajemen  asuhan kebidan pada Ny “S” dengan akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio.
B. Ruang Lingkup Penulisan
     Penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis membahas masalah manajemen kebidanan Ny “S“ keluarga berencana akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari Makassar di laksanakan pada tanggal 24 mei 2011.

C. Tujuan Penulisan
     Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1.    Tujuan Umum
     Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “S“  Akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio RSAL Jala Ammari Makassar sesuai wewenang bidan.
2.    Tujuan Khusus
a.  Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data pada Ny “S“ akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari Makassar tanggal 24 Mei 2011.
b.  Menganalisa dan menginterpretasikan data untuk menentukan diagnosa masalah aktual pada Ny “S“ Akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari Makassar tanggal 24 Mei 2011.
c.   Menentukan masalah potensial yang akan timbul pada Ny “S“ akseptor AKDR Dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari Makassar tanggal 24 Mei 2011.
d.   Melaksanakan tindakan segera, kolaborasi dan konsultasi pada Ny “S“ Akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari Makassar tanggal 24 Mei 2011.
e.  Menetapkan rencana tindakan secara komprehensif pada Ny “S“ Akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari Makassar tanggal 24 Mei 2011.
f.    Melaksanakan implementasi dari rencana tindakan yang telah di susun pada Ny “S“ Akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari Makassar tanggal 24 Mei 2011.
g.  Mengevaluasi efektifitas tindakan yang telah di laksanakan pada Ny “S“ akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari Makassar tanggal 24 Mei 2011.
h.  Mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah di berikan pada Ny “S“ Akseptor AKDR Dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari Makassar tanggal 24 Mei 2011.
D. Manfaat Penulisan
    1. Manfaat ilmiah
a.  Sebagai sumber informasi dan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya.
b.  Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan bagi penulisan  dalam memberikan perawatan pada klien dengan kasus keluarga berencana akseptor AKDR.
2. Manfaat praktis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Makassar.
3.  Bagi institusi
Sebagai tambahan bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus bagi institusi pendidikan pada masa yang akan datang
4.  Bagi rumah sakit
Merupakan pegangan atau dokumentasi untuk perawat dan bidan dan rumah sakit khusus di bagian poli keluarga berencana serta sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pelayanan KB yang berkualitas.
5.  Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan bagi penulis dalam memberikan perawatan pada klien dengan kasus keluarga berencana akseptor AKDR.
E. Metode Penulisan
     Adapun penyusunan karya tulis ini, di laksanakan secara sistematis dengan menggunakan beberapa metode yaitu :
1.  Studi Kepustakaan
     Dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan atau relevan dengan karya tulis ilmiah ini.
2. Studi Kasus
Melakukan studi dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan tehnik pengumpulan data.
Untuk menghimpun informasi / data dalam pengkajian penulis menggunakan tehnik :
a.    Wawacara (interview)
Yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan klien, keluarga klien dengan tim kesehatan yang berkaitan.
b.    Observasi
Yaitu penulis memperoleh data secara langsung dengan pemeriksaan secara sistematis pada klien yang meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi.
c.      Pengkajian psikososial
 Yaitu status emosional, interaksi serta respon terhadap keadaan bagaimana hubungan dengan anggota keluarga, tetangga dan petugas kesehatan.
3. Studi dokumentasi
Yaitu dengan membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan keadaan klien yang bersumber dari catatan perawatan.
4. Diskusi
Penulis mengadakan tanya jawab dengan dokter, pembimbing karya tulis, bidan yang menangani secara langsung klien dalam perawatannya di ruangan keluarga berencana.
F.  Sistematikan penulisan
      Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
BAB  I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang :
A. Latar Belakang Masalah
B. Ruang Lingkup Penulisan
C. Tujuan Penulisan
D. Kegunaan Penulisan
E.  Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB  II TINJAUAN PUSTAKA                                              
Pada bab ini diuraikan konsep–konsep / teori–teori yang mendasari  karya tulis ini :
A. Tinjauan Tentang AKDR
1. Pengertian tentang AKDR
2. Keunggulan AKDR dengan kontrasepsi lain
3. Macam – macam AKDR
4. Mekanisme kerja AKDR
5. Keuntungan menggunakan AKDR
6. Kerugian menggunakan AKDR
7. Persyaratan pemakaian AKDR
8. Waktu penggunaan
9. Petunjuk bagi klien yang menggunakan AKDR
10. Kapan AKDR dikeluarkan.
B. Konsep Dasar Erosi Portio
1. Pengertian Erosi Portio
2. Etiologi Erosi Portio
3. Tanda dan Gejala
4. Penanganan

C. Proses Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Asuhan Kebidanan
2. Tahapan Dalam Asuhan Kebidanan
3. Pendokumentasian
BAB III STUDI  KASUS
a. Langkah  I     : Pengumpulan Data dan Analisa Data
b. Langkah  II    : Menentukan Diagnosa / Masa Aktual
c. Langkah  III   : Menentukan Diagnosa / Masalah Potensial
d. Langkah IV   : Idetifikasi Perlunya Tindakan Segera Dan Kolaborasi
e. Langkah  V   :  Membuat perencanaan dan Tindakan Asuhan Kebidanan
f. Langkah  VI   :  Melaksanan Asuhan Kebidanan
g. Langkah  VII :  Evaluasi Efektif Tindakan / Asuhan
h. Pendokumentasian
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini membandingkan kesenjangan antara teori asuhan kebidanan dan prakteknya yang di laksanakan di RSAL Jala Ammari Makassar dalam menangani kasus Erosi Portio.
BAB V   PENUTUP    
A.  Kesimpulan
B.  Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang AKDR
1. Pengertian AKDR
     Alat kontrasepsi dalam rahim adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang di rancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, warna, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus. (Hidayati, 2009).
     Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang  bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. (Erdjan Albar, 2007).
     Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. (Anonim, di akses tanggal 10 juni 2011). 
2. Tujuan Keluarga Berencana     
a. Mendapatkan objek–objek tertentu
Misalnya : Konseling jenis alat kontrasepsi, keuntungan dan kerugian sesuai dengan alat kontrasepsi yang di gunakan


 
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang diinginkan
d. Mengatur interval di antara kehamilan.
3.  Macam – Macam AKDR
a.  AKDR CuT-380A
Kecil terbuat dari plastik yang  fleksibel, berbentuk huruf T  terhubung oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). (Setya, 2009)
b. Mengandung tembaga, seperti Cu T380A, Cu T200C, Multiload (Cu ML250 dan 375), Nove T. (Hidayati, 2009)
c.  AKDR-Cu Generasi kedua
1).  CuT-380A = ParGard
2).  CuT-380Ag
3).  CuT-220C
4). Nova-T = Novagard : mengandung Ag
5). Delta-T : Modified CuT-220C
6).  MLCu-375 (Hartanto, 2009).
(Gambar 2.1 jenis-jenis AKDR)
(Liza di akses tanggal 20 Mei 2011)
4. Mekanisme kerja AKDR
a.  Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
b.  Mempengaruhi  fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c.   AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi (Hartanto, 2004).
d.  Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Winkjosastro, 2005).
5. Keuntungan Menggunakan AKDR
a.  Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
b.  AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
c.   Metode jangka panjang (10 Tahun proteksi dari CuT380A dan tidak perlu diganti.
d.  Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.
e.  Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
f.    Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
g.  Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT 380 A).
h.  Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i.    Dapat  dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
j.    Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid teratur).
k.   Tidak ada interaksi dengan obat-obatan (Setya, 2009).
6.  Kerugian Menggunakan AKDR
a.  Efek samping yang umum terjadi
Perubahan siklus haid (umumnya pada bulan pertama dan akan   berkurang setelah 3 bulan).
1)     Haid lebih lama dan banyak
2)     Perdarahan (spotting) atau menstruasi (Setya, 2009)
b. Komplikasi lain
1)       Merasakan sulit dan tegang 3-5 hari setelah pemasangan.
2)       Perdarahan berat pada waktu haid yang dapat menyebabkan anemia.
3)       Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
4)       Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
5)       Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
6)       Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
7)       Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic sering sekali perempuan takut selama pemasangan.
8)       Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR biasanya menghilang 1-2 hari.
9)       AKDR tidak dapat dilepaskan oleh klien sendiri.
10)    AKDR dapat keluar tanpa diketahui.
11)    Tidak mencegah terjadi kehamilan ektopik karena fungsi  AKDR untuk mencegah kehamilan  normal.
12)    Perempuan harus memeriksa benang AKDR dari waktu ke waktu.
13)    Erosi porsio, Pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak steril dan dapat menyebabkan infeksi. (Arum, 2009).
     AKDR juga mengakibatkan bertambahnya volume dan lamanya haid (darah merupakan media subur untuk berkembangbiaknya kuman menyebabkan terjadinya infeksi).  Infeksi pada masa reproduktif menyebabkan canalis cervicalis   dan epitel portio berpindah, infeksi juga dapat menyebabkan menipisnya epitel portio dan gampang terjadi erosi pada portio (Winkjosastro, 2005).
7.  Persyratan Pemakaian AKDR
a. Yang dapat menggunakan
1)     Usia reproduktif
2)     Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
3)     Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
4)     Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
5)     Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
6)     Resiko rendah dan IMS
7)     Tidak menghendaki metode hormonal
8)     Tidak menyukai mengingat-ingat misalya : minum pil tiap hari
9)     Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari seminggu
10)  Perokok berat
11)  Pasca keguguran
12)  Sedang memakai antibiotik
13)  Gemuk ataupun yang kurus
14)  Sedang menyusui
15)  Penderita tumor jinak payudara
16)  Penderita kanker payudara
17)  Pusing, sakit kepala
18)  Tekanan darah tinggi < 140 / 90 mmHg
19)  Varises di tungkai maupun vulva
20)  Penderita penyakit jantung
21)  Pernah menderita stroke
22)  Penderita diabetes tidak lebih dari 20 tahun
23)  Penderita penyakit hati dan empedu
24)  Malaria
25)  Penyakit tiroid (Arum, 2009)
b. Yang tidak di perkenangkan menggunakan AKDR
1)  Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
2)   Pendarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat di evaluasi).
3)  Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servicitis).
4)  Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus.
5)  Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
6)  Penyakit trofoblas yang ganas.
7)  Diketahui menderita TBC pelvic.
8)  Kanker alat genitalia
9)  Ukuran rongga rahim kurang dan 5 cm. (Arum, 2009).
8. Waktu Penggunaan AKDR
a.  Setiap  waktu dalam siklus haid, yang dapat di pastikan klien tidak hamil.
b.  Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c.   Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 6 minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan Metode Amenorhoe Laktasi.
d.  Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e.  Selama 1-5 hari setelah senggarna yang tidak dilindungi.
9.  Petunjuk Bagi Klien yang Menggunakan AKDR / IUD
a.  Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu setelah pemasangan AKDR.
b.  Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.
c.   Setelah bulan pertama pemasangan. Hanya perlu memeriksa keberadaan benang  setelah haid  apabila mengalami :
1)  Kram / tegang pada perut bagian bawah
2)  Pendarahan (spothing)
3)  Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan  mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.
d.  Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
e.  Kembali ke klinik apabila :
1)  Tidak dapat teraba benang AKDR
2)  Merasakan ada bagian yang keras dan AKDR (batang)
3)  AKDR terlepas
4)  Siklus terganggu / meleset
5)  Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
6)  Adanya infeksi. (Winkjosostro, 2003)
B. Konsep Dasar Erosi Porsio
1. Pengertian Erosi Porsio
a.  Erosi Porsio ialah adanya sekitar ostiu uteri eksternum suatu berwarna merah menyala dan agak mudah berdarah. (Winkjosastro, 2005).
b.  Erosi porsio adalah pengisikan mulut rahim yang disebabkan oleh karena manipulasi atau keterpaparan oleh benda yang dapat mengakibatkan peradangan dan lama-lama menjadi infeksi.
(Gambar 2.2 Erosi Portio)
(Ayurai di akses tanggal 20 Mei 2011)



2.  Etiologi Erosi Porsio
a.  Keterpaparan suatu benda pada saat pemasangan AKDR
Pada saat pemasangan alat kontrasepsi  yang digunakan tidak steril yang dapat menyebabkan infeksi. AKDR juga mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid (darah merupakan media subur untuk berkembangbiaknya kuman) penyebab terjadinya infeksi.
b.  Infeksi pada masa reproduktif menyebabkan batas antara epitel canalis cervicalis dan epitel portio berpindah, infeksi juga dapat memyebabkan menipisnya epitel portio dan gampang terjadi erosi pada porsio (hubungan seksual).
c.   Pada masa reproduktif batas berpindah karena adanya infeksi (cervicitis, kolpitis).
d.  Rangsangan luar maka epitel gampang berlapis banyak dan portio mati dan diganti dengan epitel silinderis canalis servikalis. (Winkjosastro, 2005).
3. Patofisiologi Terjadinya Erosi Porsio
     Selain dan personal hygien yang kurang AKDR juga dapat menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid, darah merupakan media subur untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi.
     Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Portio menipis sehingga mudah menggalami Erosi Portio, yang ditandai dengan sekret bercampur darah, metrorhagia, ostium uteri eksternum tampak kemerahan, sekret juga bercampur dengan nanah, ditemukan ovulasi nabathi. (Winkjosastro, 2005).
4.  Tanda dan Gejala
a.  Sekret bercampur darah setelah bersenggama.
b.  Dapat menimbulkan pendarahan kontak atau metrorhagia.
c.   Portio uterus disekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang sulit dipisahkan secara jelas dan Epitel Portio.
d.  Sekret juga tidak dapat bercampur dengan nanah.
e.  Pada Erosi sering di temukan ovulasi nabati. (Winkjosastro, 2005).
5. Penanganan
     Erosi dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10% atau Albothyl yang menyebabkan nekrose Epitel silinderis kemudian diganti dengan Epitel gepeng berlapis banyak. (Anonim, di akses tanggal 20 mei 2011)
C.  Proses Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
     Asuhan kebidanan adalah metode kerja profesi dengan menggunakan langkah – langkah sehingga merupakan alur kerja dan pengorganisasian pikiran dan bertindak sebagai suatu langkah-langkah yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi bidan.
     Proses Asuhan ini terdiri dari 7 langkah berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik, proses ini dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
     Dengan adanya proses asuhan kebidanan ini maka mudah kita dapat mengenali dan mengidentifikasi masalah selanjutnya, merencanakan dan melaksanakan suatu asuhan yang aman dan efektif.
2.  Tahap Dalam Asuhan Kebidanan
Proses Asuhan Kebidanan terdiri dari 7 langkah yaitu:
Langkah I : Idetifikasi dan Analisa Data Dasar
     Identifikasi dan analisi data (pengkajian) pengumpulan data untuk dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus-menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber yang dapat memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh secara mungkin adalah adalah pasien, disebut sumber data primer. Sumber data alternatif lain atau sumber data sekunder adalah data yang sudah ada, praktik kesehatan lain, dan anggota keluarga.
     Secara garis besar data dikelompokkan menjadi data subjektif yang diperoleh dari wawancara dan data objektif yang diperoleh dengan diamati langsung oleh bidan dan pemeriksaan.


Langkah II : Antisipasi Terjadinya Diagnosa/Masalah Potensial
     Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.
     Langkah awal dari perumusan masalah/diagnosa kebidanan adalah pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta.
Langkah III : Antisipasi Terjadinya Diagnosa/Masalah Potensial
     Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi faktor-faktor potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Langkah IV : Perlunya Tindakan Segera, Kolaborasi/Rujukan
     Beberapa data menunjukkan situasi emergency dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu, beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter. Ada pula yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lainnya, bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses asuhan kebidanan.
Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
     Rencana tindakan bukan hanya meliputi kondisi, klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling. Rencana tindakan harus disetujui klien, semua tindakan harus berdasarkan rasional yang relevan diakui keberaniannya dianalisis secara teoritis.
Langkah VI : Implementasi
     Melaksanakan tindakan secara efisiensi dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan jugabertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
 Langkah VII : Evaluasi       
     Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi bidan harus melakukan pengamatan dan observasi masalah yang dihadapi klien. Pada prinsipnya terhadap evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap  klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan. (Varney, 2007)   
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
     Dokumentasi menurut Ellen Thomas adalah catatan tentang intervensi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim tenaga kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan prosedur, pengobatan pada pasien, dan pendidikan kepada pasien, serta respon pasien terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan, sedangkan asuhan kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan.
     Langkah dalam asuhan kebidanan menggambarkan pola berpikir dan bertindak bidan dalam pengambilan klien untuk mengatasi masalah. Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 langkah untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh bidan, melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, adapun komponen SOAP tersebut adalah:
S : Subjektif
  Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnese, sebagai langkah I Varney.
O : Obektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan uji diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data fokus yang mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi  data subjektif dan objektif dalam suatu indentifikasi antara lain:
a. Diagnosa/Masalah
b. Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
c.   Perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan I berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney. (Varney, 2007)







Bagan 2.1 : Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Alur Fikir Bidan                                   pencatatan dari Asuhan Kebidanan







7 LANGKAH
VARNEY
5 LANGKAH (KOMPETENSI 1 BIDAN)
SOAP NOTES
1.  Pengumpulan Data Dasar
Data
Subjektif
(hasil Anamnesis)
Objektif (Pemeriksaan)
2.  Interpretasi Data : Diagnosis, Masalah, Kebutuhan
Asessment/
Diagnosis
Asessment (Analisa dan Interpretasi data
·      Diagnosis dan Masalah
·      Diagnosis atau Masalah Potensial
·      Kebutuhan Tindakan Segera
3.  Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
4.  Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera secara Mandiri, Konsultasi atau Kolaborasi
5.  Rencana Asuhan :
§  Melengkapi data : Tes Diagnostik/
Laboratorium
§  Pendidikan/
Konseling
§  Rujukan
§  Follow Up)
Planning
Planning (Dokumentasi Implementasi dan Evaluasi)


·      Asuhan Mandiri
·      Kolaborasi
·      Tes Diagnostik atau tes Laboratorium
·      Konseling
·      Follow Up
6.  Pelaksanaan
Implementasi
7.  Evaluasi
Evaluasi
Sumber Varney, 2007

BAB III
STUDI KASUS
 ASUHAN KEBIDANAN NY “S “ AKSEPTOR AKDR DENGAN  EROSI PORTIO DI RSAL. JALA AMMARI MAKASSAR
TANGGAL 24 S/D 26 MEI 2011
No Rekam Medis                   : 016273
Tanggal Kunjungan               : 24 Mei 2011, Jam : 12.00 Wita
Tanggal Pengkajian              : 24 Mei 2011, Jam : 12.30 Wita 
Oleh                                       : SURIYANTI
A. LANGKAH I   IDENTIFIKASI DATA DASAR
1. Identitas Istri / Suami
Nama                         : NY “S” / TN “M”
Umur                          : 30 Thn / 32 Thn
Suku                          : Makassar / Makassar
Agama                       : Islam / Islam
Pendidikan                 : SMA / SMA
Pekerjaan                    : IRT / PNS
Alamat                          : Jln.Satando no.25 A
2. Data Biologis / Fisiologis
a. Keluhan utama :   Banyak keputihan dan kadang disertai nyeri dan bercampur darah



 
b. Riwayat keluhan      :
1)  Keluhan timbul dirasakan sejak 3 hari yang lalu (21 Mei 2011)
2)  Sebelumnya ibu tidak pernah mengalami hal tersebut
3)  Ibu nampak cemas dan selalu bertanya tentang keadaannya
4)  Hubungan seksual terakhir dilakukuan 18 Mei 2011
c.   Riwayat Kesehatan / Penyakit Yang Lalu dan Sekarang
1)  Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, dan penyakit menular
2)  Tidak ada riwayat operasi
3)  Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
d. Riwayat Reproduksi
1) Riwayat Haid
a)  Manarche            : 14 tahun
b)  Siklus                  : 28 – 30 hari
c)  Lamanya             : 5 – 6 hari
d)  Tanpa dismenorhoe
2)  Riwayat Obstetri
a)  PIII  AO
b)  Riwayat kehamilan  dan Nifas yang lalu
(1)   Anak pertama pada tahun 2004 dengan persalinan spontan, PBK, jenis kelamin laki-laki BB : 2700 gram, PB : 49 cm ditolong oleh bidan.
(2)   Anak kedua pada tahun 2007  dengan persalinan spontan, PBK, jenis kelamin perempuan BB 2500 gram, PB : 49 cm ditolong oleh bidan.
(3)   Anak kedua pada tahun 2009  dengan persalinan spontan, PBK, jenis kelamin Laki-Laki BB 2900 gram, PB : 50 cm ditolong oleh bidan.
e.  Riwayat KB
1)     Ibu pernah menjadi akseptor KB Suntik selama 4 bulan, berhenti karena sakit kepala.
2)     Ibu mengatakan menggunakan AKDR Cupper T 380 A mulai tanggal 27- 05 - 2010
3)     Pada saat pemasangan AKDR ibu terakhir haid pada tanggal 10-5-2010.
4)     Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya.
5)     Ibu mengatakan tidak pernah mengalami gangguan keputihan yang banyak dan bercampur darah selama memakai AKDR.
f.    Riwayat Ginekologi
1)  Ibu tidak pernah mengalami penyakit infeksi pada sistem reproduksi.
2)  Ibu tidak ada riwayat PMS tidak ada gangguan haid.
g. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Nutrisi
a)  Makan 3x sehari, nasi, sayur, lauk pauk serta buah
b)   Minum 6 gelas sehari
c)  Nafsu makan baik
2) Eliminasi
a) BAB 1 kali sehari
b)  BAK 5 – 6 kali sehari
3) Personal hygiene
a) Mandi 2x sehari
b) Sikat gigi setiap mandi dan sehabis makan
c) Cuci rambut 3x seminggu
d) Ganti pakaian setiap hari
4) Istrahat / Tidur
a) Tidur siang  ± 1 jam
b) Tidur malam  ± 7 – 8 jam
h. Riwayat Psiokologis
Ibu cemas dengan keadaannya
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a)  Kesadaran : Compesmentis
b)  TTV :   TD : 110 / 80 mmHg
     N  : 86x / menit
                                           P  : 24x / menit
                                           S  : 36,5 0C
c)  BB Sekarang : 55 kg

2) Inspeksi, palpasi
a) Wajah
(1)   Ekspresi ibu tampa cemas
(2)   Wajah tidak ada oedama dan tidak ada cloasma
(3)   Wajah tidak pucat
b) Mata
(1)   Konjungtiva merah muda
(2)   Sklera berwarna putih
c) Hidung
(1) Hidung tidak ada kelainan
(2) Tidak ada sekret
d) Mulut
(1) Tidak ada gigi karies
(2) Tidak ada gigi cabut
e) Telinga
(1) Simetris kiri dan kanan
f)  Leher
(1)  Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
(2)  Tidak ada pembesaran vena jugularis
(3)   Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
g) Payudara
(1)  Simetris kiri dan kanan
(2)  Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa atau benjolan
h) Abdomen
(1) Nampak striae albacans
(2) Tidak ada nyeri tekan
(3) Tidak teraba adanya massa
i) Vulva, perineum, dan vagina serta portio
(1) Tidak nampak oedama pada vulva
(2) Tidak nampak varices pada vulva
(3) Tidak nampak jaringan parit pada perineum
(4) Nampak keputihan di vagina
j) Pemeriksaan inspekulo
(1) Nampak pengeluaran sekret bercampur dengan darah
(2) Nampak portio kemerahan
(3) Nampak benang AKDR yang memiliki jangkah waktu 8-10 tahun, benang tidak berwarna.
B.   LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA
1. Diagnosa : Akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio disertai dengan kecemasan
a. Akseptor AKDR
Data Subjektif :
DS  :   Ibu mengatakan menggunakan AKDR Cupper T 380 A mulai tanggal 27- 05 - 2010
            Ibu mengatakan banyak pengeluaran keputihan kadang nyeri dan bercampur darah sedikit
DO :   Nampak pengeluaran sekret bercampur dengan darah
            Nampak portio kemerahan
Inspeksi pada portio nampak benang AKDR yang memiliki jangkah waktu 8-10 tahun, tidak berwarna
 Analisa dan interpretasi
1. AKDR adalah alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim (Hartanto, 2004).
2. Salah satu jenis AKDR / IUD adalah Cupper T 380 A, jenis IUD ini dapat menghambat kemampuan sperma ke tuba falopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri dan terutama AKDR ini berkerja mencegah sperma dan ovum bertemu sehingga tidak terjadi implantasi telur dalam uterus (Hartanto, 2004).
3. Dari data di atas ibu mengatakan ingin kontrol AKDR serta nampak di status rekam medis dan di kartu K4 ibu akseptor AKDR jenis Cupper T 380 A sejak tanggal 27-5-2010 serta inspeksi pada portio nampak benang AKDR. Hal ini menunjukan ibu adalah akseptor AKDR.



b.  Erosi Portio
Data Objektif  :
DS : Ibu mengatakan menggunakan AKDR Cupper T 380 A mulai tanggal 27- 05 - 2010
            Ibu mengatakan banyak pengeluaran keputihan kadang nyeri dan bercampur darah sedikit
DO : Nampak pengeluaran sekret bercampur dengan darah
         Nampak portio kemerahan
         Nampak benang AKDR yang memiliki jangkah waktu 8-10 tahun, benang tidak berwarna
Analisa dan Interpretasi
     Erosi portio adalah adanya lesih disekitar  ostium uteri eksternum suatu daerah berwarnah merah menyalah dan agak mudah berdarah. (Winkjosastro, 2005).
     Dari data diatas dimana ibu mengatakan keluar keputihan banyak dan bercampur darah sedikit  dan inspeksi terjadi pengikisan pada portio sehingga pembuluh darah nampak jelas dengan merah menyalah dan mudah berdarah dan adanya pengeluaran sekret bercampur darah menunjukkan keadaan ibu tersebut terjadi Erosi Portio.



c.   Kecemasan
Data subjektif
DS : Ibu mengatakan khawatir dan mencemaskan selalu  keadaannya.
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami gangguan ini selama memakai AKDR.                      
DO : Ekspresi wajah ibu tampak cemas
Ibu selalu bertanya tentang keadaannya
Analisa dan interpretasi
     Ibu yang belum pernah mengalami gangguan ini akan menimbulkan kekhawatiran yang diekspresikan dengan perasaan cemas.
C.   LANGKAH III  IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi : Antisipasi terjadi droup out dan servicitis
a. Droup out  AKDR
Data subjektif
DS : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami hal tersebut selama menjadi akseptor AKDR
Ibu mengatakan khawatir dengan keadaannya
Ibu pernah menjadi akseptor KB suntik
DO : Ibu nampak cemas dan selalu bertanya tentang keadaannya


Analisa dan interpretasi data
     Sesuai dengan data diatas dimana ibu selalu bertanya-tanya tentang keadaannya dan ibu nampak cemas setelah ditunjang pendidikan ibu yang masih kurang tentang masalah yang dialami dan memungkinkan ibu droup out dari alat kontrasepsi yang digunakan.
b. Servicitis
Data subjektif
DS : Nampak pengeluaran sekret bercampur dengan darah
DO : Nampak pengeluaran sekret bercampur dengan darah
Nampak portio kemerahan
Nampak benang AKDR yang memiliki jangka waktu 8-10 tahun
Analisa dan interpretasi
     Servicitis disebabkan karena erosi portio adalah keadaan ostium uteri eksternum terjadi pengisikan yang mudah berdarah.
D.  LANGHAH IV  TINDAKAN EMERGENCY / KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan pemberian albotyl dan pemberian obat
1. Lincomycin 3x1 mg
2. Ferofort 1x1 mg
3. Mefinal 3x1 mg

E.   LANGKAH  V  RENCANA TINDAKAN
Diagnosa                  : Akseptor AKDR
Masalah aktual        : Erosi Portio
                                         kecemasan
Masalah potensial   : Droup out dari AKDR
                                              Servicitis 
Tujuan                       : Erosi porsio dengan kecemasan teratasi
Kriteria                       : 1. Kalien tidak mengalami erosi portio
2. Klien tidak mengalami cervicitis
3. Klien tidak drop out dari AKDR
4.TTV dalam batas normal
5. Ekspresi wajah klien tampak tenang dan ceria
Rencana tindakan
1.   Jelaskan kepada ibu tentang penyebab erosi portio
Rasional : Dengan penjelasan tentang erosi portio ibu akan bersikap kooperatif dan mau menerima anjuran petugas dan dokter
2. Jelaskan pada ibu tentang :
a. Personal hygiene yaitu utamanya pada daerah kewanitaan.
Rasional   : Memberi rasa nyaman dan mencegah terjadi infeksi lebih lanjut


b.  Gizi yang cukup
Rasional :Dengan memakan makanan yang cukup gizi membantu memulihkan stamina dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak
c.   Istirahat dan tidur yang cukup
Rasional  : istirahat dan tidur yang cukup membantu memulihkan stamina
d.  Beri dukungan moral
Rasional   : agar ibu merasa tenang serta kecemasan itu terasa berkurang
e. Beri albothyl pada daerah portio
Rasional :Dengan pemberian albothyl akan mempercepat penyembuhan dengan harapan nekrose epitel silinderis diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak
f. Penatalaksanaan pemberian obat
Rasional  :Dengan pemberian obat pada klien agar masalah dapat teratasi dan menjadi sembuh.
a.  Lincomycin 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri / streptokokus,  pneomokokus, stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
b.  Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan
c.   Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit
g.  Anjurkan ibu datang kembali untuk kontrol AKDR kapan saja atau setiap ada keluhan
Rasional  :Agar ibu dapat teratasi masalahnya serta merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
F.    LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal 24 Mei 2011 Jam 13.00 wita
1.    Menjelaskan kepada ibu adanya infeksi pada portio
2.    Memberi penyuluhan tentang
a. Personal hygiene yaitu utamanya pakaian dalam menggantinya setiap kali kotor atau basah, Hasil : ibu bersediah melakukannya.
b. Gizi yang cukup yaitu yang memenuhi kebutuhan dengan cukup karbohidrat, protein dan vitamin, Hasil : ibu bersedia melakukannya.
c. Istrihat dan tidur yang cukup, Hasil : ibu mengerti
3. Memberi dukungan moral dengan memberi support dengan menyerahkan diri pada Allah SWT, Hasil : ibu mengerti
4. Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio, Hasil : telah diberikan
5. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat, Hasil :  pemberian obat : Lincomycin 3 x 1
Ferofort 1 x 1
Mefinal 3 x 1
6.  Menganjurkan ibu datang kembali untuk kontrol AKDR atau kapan saja setiap ada keluhan, Hasil : ibu bersedia.
G.   LANGKAH VII EVALUASI
      Tanggal, 24 Mei 2011, Jam 13.30 Wita
1.    TTV dalam batas normal
2.    Sampai tanggal pengkajian klien tidak mengalami Cervicitis dan ibu tidak droup out dari alat kontrasepsi yang digunakan yaitu AKDR Copper T 380 A
3.    Klien lebih tenang dan tampak ceria










PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN  NY “S” AKSEPTOR AKDR DENGAN MASALAH EROSI PORTIO
DI RSAL. JALA AMMARI MAKASSAR
TANGGAL 24 MEI 2011

Data subjektif ( S )
1.  Ibu mengatakan menggunakan AKDR Cupper T 380 A mulai tanggal 27- 05 - 2010
2.  Ibu mengatakan banyak pengeluaran keputihan kadang nyeri dan bercampur darah sedikit
3.  Ibu mengatakan khawatir dan mencemaskan selalu  keadaannya.
4.  Ibu mengatakan tidak pernah mengalami gangguan ini selama memakai AKDR.  
Data Objektif ( O )
1.  Ekspresi ibu tampak cemas
2. Ibu selalu bertanya tentang keadaannya
3. Pemeriksaan inspekulo
a. Nampak pengeluaran sekret bercampur darah
b. Nampak portio kemerahan
c. Nampak benang AKDR yang memiliki jangkah waktu 8-10 tahun, benang tidak berwarna
Asesment (  A )
Diagnosa                   :  Akseptor AKDR
Masalah aktual           :  Erosi Porsio
                                     Kecemasan
Masalah potensial     : Doup out dari AKDR dan servicitis
Planning  ( p)
Tanggal 24 Mei 2011 Jam 13.00 wita
1.    Menjelaskan pada ibu penyebab erosi portio, bahwa disebabkan oleh keterpaparan suatu benda pada pemasangan AKDR, hubungan seksual, adanya infeksi dan personal hygiene yang kurang.
2.    Memberi penyuluhan tentang
a.  Personal hygiene yaitu utamanya pakaian dalam menggantinya setiap kali kotor atau basah, Hasil : ibu bersediah melakukannya.
b.  Istirahat dan tidur yang cukup, Hasil : ibu mengerti
c.   Memberikan dukungan moral dengan memberi support dengan menyerahkan diri kepada Allah SWT, Hasil : ibu mengerti
3.    Memberi albotyl disekitar erosi pada portio, Hasil : sudah diberikan
4.    Melakukan penatalaksanaan pemberian obat, Hasil : diberikan obat :  Lincomycin 3x1 mg
Ferofort 1 x 1 mg
Mefinal 3 x 1 mg.
5.     Menganjurkan ibu untuk datang kembali untuk kontrol AKDR atau kapan saja setiap ada keluhan, Hasil : ibu bersedia.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
NY “S” DENGAN MASALAH EROSI PORTIO
DI RSAL JALA AMMARI MAKASSAR
TANGGAL 25 MEI 2011
Data Subjektif (S)
1.  Ibu mengatakan menggunakan AKDR Cupper T 380 A mulai tanggal 27- 05 - 2010
2.  Ibu mengatakan banyak pengeluaran keputihan kadang nyeri dan bercampur darah sedikit
3.  Ibu mengatakan khawatir dan mencemaskan selalu  keadaannya.
4.  Ibu mengatakan tidak pernah mengalami gangguan ini selama memakai AKDR.  
Data Objektif (O)
1.  Ekspresi ibu tampak cemas
2. Ibu selalu bertanya tentang keadaannya
3. Pemeriksaan inspekulo
a. Nampak pengeluaran sekret bercampur darah
b. Nampak portio kemerahan
c. Nampak benang AKDR yang memiliki jangkah waktu 8-10 tahun, benang tidak berwarna
Assesment (A)
Akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio disertai kecemasan


Planning (P)
Tanggal 25 Mei 2011 Jam 14.15 wita
1.  Menjelaskan pada ibu penyebab erosi portio, bahwa disebabkan oleh keterpaparan suatu benda pada pemasangan AKDR, hubungan seksual, adanya infeksi dan personal hygiene yang kurang.
2.  Memberi penyuluhan tentang
a.  Gizi yang cukup yaitu memenuhi kebutuhan dengan cukup karbohidrat, protein dan vitamin. Hasil : ibu bersedia melakukannya.
b.  Personal hygiene yaitu utamanya pakaian dalam menggantinya setiap kali kotor atau basah. Hasil : ibu bersedia melakukannya.
c.   Istirahat dan tidur yang cukup. Hasil : ibu mengerti
3.  Memberikan dukungan moral dengan memberi supportdengan menyerahkan diri kepada Allah SWT. Hasil : ibu mengerti
4.  Memberi albotyl disekitar erosi pada portio. Hasil : sudah diberikan
5.  Melakukan penatalaksanaan pemberian obat. Hasil : diberikan obat : Lincomycin 3x1 mg
                          Ferofort 1 x 1 mg
                          Mefinal 3 x 1 mg


PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
NY “S” AKSEPTOR AKDR DENGAN EROSI PORTIO
DI RSAL JALA AMMARI MAKASSAR
TANGGAL 26 MEI 2011
Data Subjektif (S)
1.   Ibu  menggunakan AKDR Cupper T 380 A mulai tanggal 27 – 05 - 2010
2.  Ibu mengatakan ingin kontrol AKDR 
3.  Ibu mengatakan sudah tidak ada keputihan
Data Objektif (O)
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
1.  TTV :  TD      : 110/80 mmHg
N       : 86x/menit
                                 P       : 24x/menit
                                 S       : 36,50
2.  Ekspresi ibu tampak ceria
5. Pemeriksaan inspekulo :
a. Tidak nampak lagi sekret bercampur darah
d.   Nampak portio merah mudah
e.   Nampak benang AKDR
Assesment (A)
Akseptor AKDR



Planning (P)
Tanggal 26 Mei 2011 Jam 11.30 wita
1. Memberi penyuluhan pada ibu tentang :
a.  Personal hygiene yaitu utamanya pakaian dalam menggantinya setiap kali kotor atau basah.Hasil : ibu bersedia melakukannya
b.  Gizi yang cukup yaitu memenuhi kebutuhan dengan cukup karbohidrat, protein dan vitamin. Hasil : ibu bersediah melakukannya
c.   Istirahat dan tidur yang cukup. Hasil : ibu mengerti
2.  Menganjurkan ibu untuk datang kembali untuk kontrol AKDR atau kapan saja setiap ada keluhan. Hasil : ibu bersedia datang bila ada keluhan










BAB IV
PEMBAHASAN
     Pada bab ini penulis akan membandingkan tinjauan hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny ”S” akseptor AKDR dengan masalah Erosi Portio dengan tinjauan pustaka. Asuhan kebidanan dilaksanakan di RSAL. Jala Ammari tanggal 24 sampai 26 Mei 2011. Pendekatan dalam studi kasus ini dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah asuhan kebidanan yang selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk SOAP selama 3 hari sebagai berikut :
A.   Hasil Asuhan Kebidanan Hari Pertama tanggal 24 Mei 2011
    Diawali dengan memberi salam, menyapa ibu, memperkenalkan diri, dan menyampaikan tujuan pengumpulan data lengkap untuk setiap kunjungan awal ibu di Rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnese dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi kesehatan klien dimasa lalu.
Anamneses pada kunjungan awal meliputi :
    Identitas klien/suami, data biologis/fisiologis, riwayat kesehatan lalu, riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang, riwayat reproduksi, riwayat obstetrik, serta riwayat sosial ekonomi. Hasil anamnese yang bersifat subjektif dilanjutkan dengan data yang lebih objektif melalui pemeriksaan fisik untuk memudahkan dalam menentukan diagnosa, masalah dan kebutuhan klien. Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena klien terbuka untuk memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga memudahkan penulis.
    Kasus erosi portio pada Ny ”S” akseptor AKDR dengan masalah erosi portio menujukkan adanya persamaan dengan tinjauan pustaka tentang gejala/keluhan subjektif yang timbul berupa adanya keputihan yang banyak dan kadang disertai dengan nyeri dan bercampur darah selama menjadi akseptor AKDR.
     Berdasarkan teori erosi portio kemungkinan dapat mengalami Servicitis yang menyebabkan terjadinya droup out dengan penanganan kontrasepsi AKDR.
    Berdasarkan tinjauan pustaka, dikemukakan bahwa komplikasi lain dari kontrasepsi AKDR yaitu adanya erosi portio. Pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak steril dan dapat menyebabkan infeksi. AKDR juga mengakibatkan bertambahnya volume dan lamanya haid. Infeksi pada masa reproduktif menyebabkan canalis servicalis dan epitel portio berpindah, infeksi juga dapat menyebabkan menipisnya epitel portio dan gampang terjadi erosi pada portio (Winkjosastro, 2005). 
     Adanya komplikasi yang ditimbulkan oleh kontrasepsi AKDR seperti erosi portio dan menimbulkan kekhawatiran klien yang diespresikasikan dengan perasaan cemas.
    Dari data subjektif dan objektif pada kunjungan pertama ini ditemukan adanya kecemasan pada Ny “S” akseptor  AKDR dengan masalah erosi portio, sehingga perlu di antisipasi keinginan klien untuk Drop Out dari AKDR.
     Pada kasus ini penulis melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pelaksanaan pemberian obat yaitu Lincomycin 3 x 1 mg, ferofort 1 x 1 mg, mefinal 3 x 1 mg.
     Pelaksanaan asuhan berdasarkan hasil assesment pada kunjungan ini adalah menjelaskan pada ibu penyebab erosi portio, memberi penyuluhan tentang personal hygiene yaitu utamanya pakaian dalam menggantinya setiap kali kotor atau basah. Istirahat dan tidur yang cukup, memberikan dukungan moral dengan memberi support dengan menyerahkan diri kepada Allah SWT, memberi albotyl disekitar erosi pada portio, melakukan penatalaksanaan pemberian obat seperti Lincomycin 3x1 mg, Ferofort 1 x 1 mg, Mefinal 3 x 1 mg, dan menganjurkan ibu untuk datang kembali untuk kontrol AKDR atau kapan saja setiap ada keluhan.
     Dari data dan pemeriksaan yang penulis lakukan pada kunjungan ini tidak di dapatkan kesenjangan antara teori dan praktek
B.   Hasil Asuhan Kebidanan Hari kedua tanggal 25 Mei 2011   
     Diawali dengan memberi salam dan menyapa ibu serta menanyakan kepada ibu tentang perubahan keluhan yang dialami serta kemungkinan adanya keluhan tambahan. Dari hasil anamnese ibu pada kunjungan ini :Ibu mengatakan banyak pengeluaran keputihan kadang nyeri dan bercampur darah sedikit, Ibu mengatakan khawatir dan mencemaskan selalu  keadaannya, Ibu mengatakan tidak pernah mengalami gangguan ini selama memakai AKDR, Pemeriksaan inspekulo : nampak pengeluaran sekret bercampur darah, nampak portio kemerahan, nampak benang AKDR.
     Berdasarkan hasil anamneses dan pemeriksaan fisik pada kunjungan kedua ini masih ditemukan adanya erosi portio pada Ny ”S” akseptor AKDR dengan masalah erosi portio.
     Pelaksanaan asuhan berdasarkan hasil assessment pada kunjungan kedua ini adalah menjelaskan pada ibu penyebab erosi portio, bahwa disebabkan oleh keterpaparan suatu benda pada pemasangan AKDR, hubungan seksual, adanya infeksi dan personal hygiene yang kurang, memberi penyuluhan tentang gizi yang cukup yaitu memenuhi kebutuhan dengan cukup karbohidrat, protein dan vitamin, Istirahat dan tidur yang cukup, memberikan dukungan moral dengan memberi support dengan menyerahkan diri kepada Allah SWT, memberi albotyl, melakukan penatalaksanaan pemberian obat seperti Lincomycin 3x1 mg, Ferofort 1 x 1 mg, Mefinal 3 x 1 mg.
     Dari data dan pemeriksaan yang penulis lakukan tidak di dapatkan kesenjangan antara teori dan praktek.
C.   Hasil Asuhan Kebidanan Hari Ke Tiga tanggal 26 Mei 2011  
      Diawali dengan memberi salam dan menyapa ibu serta menanyakan kepada ibu tentang perubahan keluhan yang dialami serta kemungkinan adanya keluhan tambahan. Dari hasil anamneses ibu pada kunjungan ini : Ibu mengatakan ingin kontrol AKDR, Ibu mengatakan sudah tidak ada keputihan, dari hasil pemeriksaan fisik TTV dalam batas normal, ekspresi ibu tampak ceria, konjungtiva merah muda, sklrea putih, dan pemeriksaan inspekulo :  tidak nampak lagi sekret bercampur darah, nampak portio merah mudah, nampak benang AKDR.
     Berdasarkan hasil anamneses dan pemeriksaan fisik pada kunjungan ketiga ini erosi portio pada Ny ”S” akseptor AKDR mulai berkurang.
     Pelaksanaan asuhan berdasarkan hasil assessment pada kunjungan ketiga ini adalah memberi penyuluhan kembali kepada ibu tentang : personal hygiene yaitu utamanya pakaian dalam menggantinya setiap kali kotor atau basah, gizi yang cukup yaitu memenuhi kebutuhan dengan cukup karbohidrat, protein dan vitamin, istirahat dan tidur yang cukup,menganjurkan ibu untuk datang kembali untuk kontrol AKDR atau kapan saja setiap ada keluhan. TTV dalam batas normal, Ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran dari bidan, Ibu mau meminum obat yang di berikan, sampai tanggal pengkajian klien tidak mengalami Servicitis dan ibu tidak droup out dari alat kontrasepsi yang digunakan yaitu AKDR Copper T 380 A, Klien lebih tenang dan tampak ceria, Ibu bersedia datang jika ada keluhan.
     Dari keseluruhan asuhan yang diberikan pada Ny “s” tidak di dapatkan kesenjangan antara teori dan praktek.





















BAB V
PENUTUP
     Setelah mempelajari teori, Konsep dasar prinsip-prinsip keluarga berencana dan pengalaman langsung studi kasus NY “S” Akseptor AKDR dengan masalah erosi portio maka diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. KESIMPULAN
1.  Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny “S” didapatkan keluhan yang muncul akibat erosi portio yaitu: Keputihan yang keluar bercampur dengan darah, ditunjang dengan pemeriksaan inspekulo nampak portio kemerahan dan mudah berdarah dan nampak benang AKDR yang memiliki jangkah waktu 8-10 tahun.
2.  Dari data subjektif dan objektif, serta diagnose / masalah potensial yang ditegakkan pada kasus Ny “S” kemungkinan terjadi drop out AKDR dan servicitis.
3.  Tindakan segera dan kolaborasi pada Ny “S” dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari dan dapat dicegah dengan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan serta penerapan tindakan asuhan yang sesuai dengan tehnik aseptik.
4.  Tindakan asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan masalah Erosi Portio di RSAL Jala Ammari sesuai dengan rencana tindakan yaitu jelaskan pada ibu tentang penyebab erosi portio, personal hygiene dan beri albothyl pada portio.
5.  Pada evaluasi yaitu : Ibu tidak mengalami Servicitis,dan tidak drop out dari AKDR, dan Erosi portio teratasi dan ibu  lebih tenang dan tampak ceria.
6.  Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses Asuhan Kebidanan, karena hal ini merupakan bukti tanggung jawab bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada klien.
B. SARAN
1. Untuk Klien
a. Menganjurkan pada ibu agar meningkatkan personal hygiene guna memberi rasa nyama dan mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.
b. Menganjurkan  kepada ibu agar mengkonsumsi maka yang bergizi akan memenuhi kebutuhan energi untuk mempercepat proses penyembuhan.
c.  Istirahat dan tidur yang cukup karena dapat membantu memulihkan stamina membantu stabilnya kondisi.
d. Menganjurkan ibu minum obatnya sesuai anjuran agar masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi dan menjadi sembuh.
e.  Menganjurkan kepada ibu untuk datang kontrol AKDR kapan saja atau setiap ada keluhan.


2. Untuk Bidan
a. Dalam melaksanakan tugas sebagai bidan untuk memberikan tindakan perlu diberikan rasionalisasi  tindakan yang diberikan. Setiap tindakan yang diberikan harus sepengetahuan dan persutujuan dengan klien.
b. Sebagai bidan perlu kerjasama dan komunikasi yang baik antara petugas profesional lain (Dokter, perawat dan sesama bidan), untuk meningkatkan status Wanita dan kondisi hidup mereka.
c. Dalam melaksanakan tugas sebagai bidan perlu mengetahui batas wewenang seorang bidan serta menghilangkan praktek-praktek yang merugikan ibu.
d. Sebagai bidan dalam melakukan perlu menbina hubungan tujuan yang diinginkan.
3. Untuk Institus
     Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan, mengingat proses tersebut sangat bermanfaat  dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional.
4. Untuk Institusi Pelayanan
     Meningkatkan mutu pelayanan perlu tindakan dengan cara bekerja memperhatikan pencegahan Infeksi (PI) dengan cara berkerja secara Aseptik dan Antiseptik.

Tidak ada komentar: