BAB I
P E N D A H U L U A
N
Sesuatu yang tak lazim digolongkan
sebagai kelainan. Begitu juga dalam kancah perilaku seksual. di seputar kita
bisa dijumpai penderita parafilia, pengidap gangguan psikoseksual. Mereka,
umumnya laki-laki, menyukai kegiatan seksual tidak lazim mulai dari mengintip,
memamerkan alat kelamin, sampai mengenakan pakaian wanita.
Penderita memperoleh kepuasan
seksual dari situ. Wanita yang diintip biasanya tak dia kenal. Mengintip
menjadi cara eksklusif untuk mendapatkan kepuasan seksual. Anehnya, ia sama
sekali tidak menginginkan berhubungan seksual dengan wanita yang diintip. Cuma
berharap memperoleh kepuasan orgasme dengan cara masturbasi.
Berbeda dengan pria normal - yang
baru mendapatkan kepuasan seksual setelah melakukan persetubuhan (terkadang
masturbasi) - penderita voyeurism sudah terpuaskan tanpa harus melakukan
sanggama. Namun, penyuka film atau pertunjukan porno jangan takut dikatakan
menderita kelainan ini, karena para pemain film itu dengan sengaja menghendaki
dan menyadari bahwa mereka akan ditonton orang lain.
BAB II
P E M B A H A S A N
A.
Penyimpangan psikologis
Voyeurisme adalah sebuah kelainan jiwa, di dunia kedokteran dikenal sebagai
istilah skopofilia. Ciri utama voyeurisme adalah adanya dorongan yang tidak
terkendali untuk secara diam-diam mengintip atau melihat seseorang yang
berlainan jenis atau sejenis tergantung orientasi seksual berbeda yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian atau melakukan
kegiatan seksual. Dari ini,
penderita biasanya memperoleh kepuasan seksual.
Bila penderita
adalah seorang pria, wanita yang diintip
pada dasarnya tak dikenal. Mengintip menjadi cara eksklusif untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Anehnya, ia sama sekali tidak menginginkan berhubungan seksual dengan wanita
yang diintip. Cuma berharap memperoleh kepuasan orgasme dengan cara masturbasi selama atau
sesudah mengintip. Berbeda dengan seseorang yang normal, penderita voyeurisme
sudah terpuaskan tanpa harus melakukan sanggama.
Voyeurisme
tidak dapat dilekatkan kepada penggemar film dan
pertunjukan porno, karena para
pemain film itu dengan sengaja menghendaki dan menyadari bahwa mereka akan
ditonton orang lain.
Voyeurism
sejati tidak akan terangsang jika melihat seseorang yang tidak berpakaian di
hadapannya. Mereka hanya terangsang dengan melakukan pengintipan. Dengan
mengintip mereka mampu mempertahankan keunggulan seksual tanpa perlu mengalami
risiko kegagalan atau penolakan dari pasangan yang nyata.
Selain
voyeurisme, masih ada jenis lain parafilia, seperti ekshibisionisme, fetisisme,
transvestisme, masokisme, paedofilia, dll. Ciri utama penyimpangan psikoseksual
ini ialah timbulnya fantasi atau tindakan yang tidak lazim dan merupakan
keharusan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Fantasi ini cenderung berulang
secara mendadak dan terjadi dengan sendirinya. Penyebab utamanya biasanya berhubungan
dengan faktor psikologis. Sedangkan gangguan fungsi karena kelainan atau
gangguan organik pada alat kelamin tidak dimasukkan dalam parafilia.
Bila yang
dibayangkan dalam fantasi penderita parafilia tidak bisa dimanifestasikan
dengan sesungguhnya, baik saat melakukan kegiatan seksual sendirian atau dengan
pasangan, maka hal yang dibayangkan haruslah terdapat dalam fantasi yang
menyertai masturbasi atau persetubuhan. Karena saat itulah nafsu erotiknya baru
bangkit. Sebaliknya, bila tidak terdapat fantasi parafiliak yang dibayangkan,
maka kepuasan seksual atau orgasme tidak akan tercapai.
Ciri lain
parafilia, perilaku demkian umumnya tidak membuat mereka cemas atau depresi,
meski dalam beberapa kasus ada juga yang merasa bersalah, malu, atau depresif
karena seringnya melakukan kegiatan seksual tidak lazim itu.
Namun,
para penderita sering tidak mampu melakukan hubungan seksual yang penuh kasih
sayang secara timbal balik. Juga terdapat disfungsi psikoseksual seperti nafsu
seksual normal yang terhambat, orgasme terhambat, ejakulasi dini, atau pada
wanita timbul diprapeunia (vagina terasa nyeri waktu melakukan hubungan
seksual).
Dalam
dirinya juga terjadi gangguan kepribadian, terutama ketidakdewasaan emosi.
Hubungan sosial dan seksual dapat terganggu bila perilaku seksual itu diketahui
orang dekatnya, umpamanya istrinya. Atau bila pasangan seksualnya menolak ikut
serta dalam kegiatan seksual tidak lazim itu.
Penderita
sendiri rata-rata tidak merasa atau menganggap dirinya sakit atau mengidap kelainan
seksual sampai mendapat perhatian dokter akibat perbuatan seksual itu
menimbulkan konflik di sekitarnya.
Pendekatan
pada penderita hendaknya dengan penuh pengertian, tidak dengan menghakimi atau
mempersalahkan. Juga dicoba menyelami perasaan dan jiwa mereka karena acap kali
gangguan itu terbentuk dari keinginan dan pengalaman masa lalu.
B.
Boneka wanita pun menggairahkan
Sementara
itu penderita fetisisme (dari kata fetisy: simbol atau idola) kebanyakan
menggunakan benda mati sebagai cara eksklusif untuk mencapai kepuasan seksual. Fetisy
dapat berupa suatu bagian dari tubuh wanita seperti rambut, bulu kemaluan, atau
kuku. Dapat juga berupa pakaian atau benda lain milik wanita macam BH, kaus
kaki, syal, sepatu, dan tas. Ada pula yang berkaitan dengan fetisys di
masa kecil. Misalnya, sewaktu kecil berkali-kali mengalami ketegangan seksual
secara mendadak saat tubuhnya bersentuhan dengan rambut kakak perempuannya yang
berwarna kemerahan, maka rambut wanita berwarna demikian menjadi fetisy-nya.
Kegiatan
seksual dapat ditujukan pada fetisy itu sendiri seperti melakukan
masturbasi menggunakan BH atau sepatu, lalu berejakulasi ke dalamnya. Atau, fetisy
diintergrasikan dengan kegiatan seksual dengan orang lain, misalnya menuntut
agar pasangannya mengenakan BH warna tertentu atau sepatu berhak tinggi saat
melakukan kegiatan seksual. Benda-benda itu mutlak dibutuhkan untuk dapat
membangkitkan nafsu seksualnya.
Pada
fetisisme ringan, fetisy hanya merupakan daya tarik tetapi masih
mementingkan kehadiran pemilik benda itu. Namun, bagi penderita fetisisme
sejati, fetisy saja sudah cukup.
Termasuk
dalam golongan fetisisme adalah manekinisme yang fetisy-nya berupa
manekin (patung pamer pakaian) di toko. Ada lagi pigmalionisme yang fetisy-nya
berbentuk arca hasil pahatan. Istilah ini diambil dari nama raja Cyprus,
Pygmalion, yang jatuh cinta pada patung wanita hasil pahatannya sendiri.
Seorang fetisys
ada kalanya bisa berurusan dengan aparat hukum karena mencuri BH yang sedang
dijemur, atau tiba-tiba menggunting rambut seorang wanita yang lantas
mengadukannya.
C.
Senang berpakaian wanita
Kelainan
transvestisme mungkin lebih terdengar aneh. Pria heteroseksual dalam fantasinya
atau secara aktual mengenakan pakaian wanita untuk membangkitkan nafsu seksual
dan kemudian mendapatkan kepuasan seksual. Mengenakan pakaian wanita merupakan
pernyataan identifikasi diri sebagai “wanita” (feminine identification).
Bila keinginan mengenakan pakaian wanita tidak terlaksana, ia akan sangat
frustrasi.
Ada kaum
transvestit yang melakukan hal itu di kamar tidurnya sendirian, lalu bercermin
memandangi dirinya. Pada waktu mengenakan pakaian wanita inilah terjadi ereksi.
Di sini orgasme dapat terjadi spontan atau lewat masturbasi. Transvestit lain
terdorong untuk mondar-mandir di jalan dengan berpakaian wanita lengkap dengan
rambut palsu, tata rias wajah, dan perhiasannya. Ia dapat sangat teliti dan
mahir dalam “menyulap” dirinya menjadi wanita, sehingga sering sangat mirip
wanita.
Biasanya
kelainan ini bermula sejak anak-anak atau remaja. Seperangkat pakaian yang
disukai dapat menjadi benda yang merangsang nafsu seksualnya. Awalnya dipakai
pada saat masturbasi, kemudian saat persetubuhan. Yang dikenakan mula-mula
hanya terbatas cross-dressing parsial (hanya mengenakan BH dan celana
dalam), lama-kelamaan mengenakan pakaian wanita lengkap, cross-dressing
total. Yang terakhir dilakukan ketika si penderita mulai merasa mampu
berdikari, sekitar masa remaja sampai dewasa muda. Frekuensi kejadiannya makin
lama makin meningkat dan akhirnya menjadi kebiasaan.
Seiring
dengan bertambahnya usia, kecenderungan untuk mendapatkan kepuasan seksual
melalui cara ini dapat berkurang atau bahkan hilang. Walaupun ada kalanya
sejumlah kecil transvestit muncul pada usia lebih lanjut, yang menghendaki
mengenakan pakaian wanita dan hidup sebagai wanita secara tetap.
Dalam
kasus terakhir ini transvestisme berubah menjadi transeksualisme; penderita
ingin berganti kelamin, menjadi seperti lawan jenis, dan tidak lagi mendapat
kepuasan seksual hanya dengan cross-dressing. Penderita merasa dirinya
benar-benar wanita.
D.
Sadis dan menakutkan
Jenis-jenis
parafilia tadi tidak melibatkan kontak seksual yang merugikan lawan jenis.
Tidak demikian dengan sadomasokisme dan paedofilia. Pada sadomasokisme terdapat
penggabungan unsur sadistik dan masokistik saat melakukan hubungan seksual. Dikatakan
sadistik kalau melukai atau menyakiti orang lain secara sengaja atau dengan
ancaman demi kepuasan seksual. Dibilang masokistik kalau rangsangan seksual
diperoleh ketika menjadi sasaran rasa sakit atau ancaman rasa sakit.
Meskipun
kelainan itu secara fisik dan psikologis membahayakan, sebagian besar penderita
sadar akan risikonya dan tetap berada dalam batas-batas yang sebelumnya telah
ditentukan.
Yang lebih
menyedihkan bila kelainan itu berupa paedofilia. Sebab, sasaran kepuasan
seksualnya diarahkan pada anak-anak yang belum puber. Sekitar dua pertiga
korban kelainan ini adalah anak-anak berusia 8 - 11 tahun. Kebanyakan
paedofilia menjangkiti pria, namun ada pula kasus wanita berhubungan seks
secara berulang dengan anak-anak. Banyak kaum paedofil mengenali korbannya,
misalnya saudara, tetangga, atau kenalan. Kaum paedofil dikategorikan dalam
tiga golongan yakni di atas 50 tahun, 20-an hingga 30 tahun, dan para remaja.
Sebagian besar mereka adalah para heteroseksual dan banyak juga para ayah.
Frotteurisme, menggosokkan badan atau memeluk
orang lain yang tidak mau. Hal seperti itu banyak ditemukan di tempat-tempat di
mana kita mau tidak mau berdesak-desakan, contohnya di kereta atau di bus yang
penuh sesak.
Pedofilia, umumnya diderita orang dewasa, yang mencari kontak fisik dan seksual dengan anak-anak prapubertas yang tidak mau berhubungan dengan mereka.
Sekitar dua pertiga korban kelainan seks ini adalah anak-anak berusia 8-11 tahun. Kebanyakan kaum pedofil mengenal korbannya, misalnya saudara, tetangga, atau kenalan.
Sadomasokisme atau sadisme dan masokisme. Sadisme adalah kenikmatan atau rangsangan seksual yang diperoleh dengan menimbulkan nyeri atau menyiksa pasangan.
Sedangkan masokisme, menggambarkan keinginan mendapatkan kenikmatan seksual dari siksaan atau hinaan, baik secara fisik maupun verbal. Disebut sadomasokistik karena pelakunya memiliki sisi sadistik dan masokistik dari kepribadian mereka.
Pedofilia, umumnya diderita orang dewasa, yang mencari kontak fisik dan seksual dengan anak-anak prapubertas yang tidak mau berhubungan dengan mereka.
Sekitar dua pertiga korban kelainan seks ini adalah anak-anak berusia 8-11 tahun. Kebanyakan kaum pedofil mengenal korbannya, misalnya saudara, tetangga, atau kenalan.
Sadomasokisme atau sadisme dan masokisme. Sadisme adalah kenikmatan atau rangsangan seksual yang diperoleh dengan menimbulkan nyeri atau menyiksa pasangan.
Sedangkan masokisme, menggambarkan keinginan mendapatkan kenikmatan seksual dari siksaan atau hinaan, baik secara fisik maupun verbal. Disebut sadomasokistik karena pelakunya memiliki sisi sadistik dan masokistik dari kepribadian mereka.
Fetishisme adalah ketergantungan pada suatu
bagian tubuh atau suatu benda, yang disebut fetish, untuk mendapatkan
rangsangan dan kepuasan seksual. Penderitanya menjadi terangsang dengan suatu
bagian tubuh atau suatu benda yang bagi sebagian besar orang hanya merupakan
stimuli. Pada kasus ekstrim, objek fetish menjadi pengganti pasangan manusia
yang nyata.
Skatologia telepon, atau bisa juga diartikan
sebagai melakukan hubungan telepon yang cabul dengan orang lain yang tidak
menginginkannya.
Sedangkan inses adalah hubungan seksual antara kerabat dekat di mana perkawinan di antara mereka ditentang oleh hukum. Inses merupakan tabu sosial yang besar, bahkan bisa merusak keturunan.
Sedangkan inses adalah hubungan seksual antara kerabat dekat di mana perkawinan di antara mereka ditentang oleh hukum. Inses merupakan tabu sosial yang besar, bahkan bisa merusak keturunan.
Transvestisme juga dikenal sebagai berpakaian
lawan jenis atau cross-dressing. Bagi sebagian pria, transvestisme
merupakan suatu aktivitas seksual di mana kepuasan emosional dan fisik
diperoleh dari menggunakan pakaian perempuan.
Sebagian besar pelakunya adalah heteroseksual dengan kehidupan seks yang cukup konvensional, menikah, memiliki anak, dan bukan homoseksual. Biasanya kelainan ini bermula sejak anak-anak atau remaja.
Sebagian besar pelakunya adalah heteroseksual dengan kehidupan seks yang cukup konvensional, menikah, memiliki anak, dan bukan homoseksual. Biasanya kelainan ini bermula sejak anak-anak atau remaja.
Satiriasis, juga dikenal sebagai adiksi
seksual. Kondisi ini adalah suatu gangguan psikologis di mana pria didominasi
oleh keinginan untuk terus melakukan hubungan seksual dengan hanyak pasangan
yang berbeda.
Banyak
dugaan bahwa penyebabnya adalah narsikisme yang kuat dan perasaan perlunya
kontrol inferior melalui keberhasilan seksual. Jenis penyimpangan ini sangat
berisiko untuk tertular penyakit kelamin dan HIV/AIDS.
Perilaku
seksual kompulsif adalah pengulangan tindakan erotik tanpa kenikmatan. Kompulsif
seksual ini bisa berupa telepon seks yang tanpa akhir, one-night stand
atau affair singkat, atau masturbasi beberapa kali dalam sehari.
Penderita
seringkali mengaku merasa tidak terkendali sebelum aktivitas dan merasa
bersalah atau malu setelahnya. Pencarian kepuasan seksual yang dilakukan
bersifat kompulsif, kadang-kadang ritualistik atau dilakukan secara rutin.
Homoseksual
(gay) dan lesbian, yaitu hubungan sesama jenis. Seorang pria homoseksual dapat
mencari objek mangsanya di antara pria-pria yang tidak bertendensi homoseksual.
Bahkan di antaranya anak-anak di bawah umur yang berhasil dirayunya.
Sedangkan
pada kasus lesbianisme, salah seorang pasangan dapat bertindak sebagai wanita
sekaligus prianya. Dalam beberapa riset, si pelaku yang aktif sulit untuk
disembuhkan.
Biseksual,
yaitu kelainan seksual untuk berhubungan baik dengan lawan jenis maupun dengan
sesama jenis. Sedangkan sodomi, memuaskan hasrat seksual dengan menyetubuhi via
anus. Tindakan ini termasuk perilaku menyimpang seksual yang juga dilarang
beberapa agama.
Biasanya,
aktivitas ini berlaku di kalangan para homoseksual atau biseksual. Bahkan dalam
hubungan heteroseksual juga ada yang melakukannya dengan cara sodomi.
Beberapa
dari para pelaku penyimpangan ini seringkali mendapat kepuasan dari aktivitas
mereka. Dengan mengetahui ciri-cirinya, semoga Anda dan keluarga terhindar dari
berbagai perilaku menyimpang di atas.
E.
Pencegahan
Voyeurisme atau lebih dikenal dengan sebuah kelainan jiwa, di dunia
kedokteran dikenal sebagai istilah skopofilia. Dapat dicegah dengan memperkecil
adanya kesempatan mengintip dan memberikan aktifitas lainnya yang sifatnya dapat
menggantikan kelainan dengan cara melakukan aktifitas olahraga atau hobi yang
sifatnya lebih positif.
F.
Pengobatan
Pengobatan
skopofilia dapat dilakukan dengan melakukan pengobatan terapi, Penderita
sendiri rata-rata tidak merasa atau menganggap dirinya sakit atau mengidap
kelainan seksual sampai mendapat perhatian dokter akibat perbuatan seksual itu
menimbulkan konflik di sekitarnya.
Pendekatan
pada penderita hendaknya dengan penuh pengertian, tidak dengan menghakimi atau
mempersalahkan. Juga dicoba menyelami perasaan dan jiwa mereka karena acap kali
gangguan itu terbentuk dari keinginan dan pengalaman masa lalu.
.
G.
Patofisiologi
Untuk lebih jelasnya berikut 11 perilaku menyimpang seksual yang patut Anda
ketahui (dan semoga Anda tidak mengalaminya):
1. Ekshibisionisme
Definisinya adalah seseorang mendapatkan kepuasan seksual
dengan memamerkan bagian genitalnya sendiri kepada orang asing yang tidak mau
melihatnya.
2. Voyeurisme
Ciri utama voyeurism (di dunia kedokteran dikenal sebagai
skopofilia) adalah adanya dorongan yang tidak terkendali untuk secara diam-diam
mengintip atau melihat wanita yang sedang telanjang, melepas pakaian, atau
melakukan kegiatan seksual.
3. Frotteurisme
Menggosokkan badan atau memeluk orang lain yang tidak mau.
4. Pedofilia
Istilah yang sering sekali kita dengar. Orang dewasa,
terutama pria, yang mencari kontak fisik dan seksual dengan anak-anak
prapubertas yang tidak mau berhubungan dengan mereka.
5. Sadomasokisme
Sadisme seksual dan masokisme. Sadisme -mengambil nama dari
Marquis de Sade (1740-1814) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kenikmatan atau rangsangan seksual yang diperoleh dengan menimbulkan nyeri atau
menyiksa pasangannya.
6. Fetishisme
Fetishisme adalah ketergantungan pada suatu bagian tubuh
atau suatu benda (yang dinamakan fetish) untuk mendapatkan rangsangan dan
kepuasan seksual.
7. Skatologia telepon
Bisa diartikan sebagai melakukan hubungan telepon yang cabul
dengan orang lain yang tidak menginginkannya.
8. Transvestisme
Transvestisme juga dikenal sebagai berpakaian lawan jenis (cross-dressing).
9. Satiriasis
Juga dikenal sebagai Don Juanisme atau adiksi seksual.
Kondisi ini adalah ekuivalen pria dari nimfomania, suatu gangguan psikologis di
mana pria didominasi oleh keinginan yang tidak henti-hentinya untuk melakukan
hubungan seksual dengan hanyak pasangan yang berbeda.
10. Perilaku seksual kompulsif
Adalah pengulangan tindakan erotik tanpa kenikmatan.
Kompulsi seksual ini bisa berupa telepon seks yang tanpa akhir, one-night stand
(affair singkat), atau masturbasi beberapa kali dalam sehari, penderitanya
seringkali mengaku merasa "tidak terkendali" sebelum aktivitas dan
merasa bersalah atau malu setelahnya.
11. Incest
Hubungan seksual antara kerabat dekat di mana perkawinan di
antara mereka ditentang oleh hukum. Incest merupakan
tabu sosial yang besar, bahkan bisa merusak keturunan.
BAB III
P E N U T U P
Voyeurisme adalah sebuah kelainan jiwa, di dunia kedokteran dikenal sebagai
istilah skopofilia. Ciri utama voyeurisme adalah adanya dorongan yang tidak
terkendali untuk secara diam-diam mengintip atau melihat seseorang yang
berlainan jenis atau sejenis tergantung orientasi seksual berbeda yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian atau melakukan
kegiatan seksual.
Voyeurisme
tidak dapat dilekatkan kepada penggemar film dan
pertunjukan porno, karena para
pemain film itu dengan sengaja menghendaki dan menyadari bahwa mereka akan
ditonton orang lain.
Pria heteroseksual dalam fantasinya
atau secara aktual mengenakan pakaian wanita untuk membangkitkan nafsu seksual
dan kemudian mendapatkan kepuasan seksual. Mengenakan pakaian wanita merupakan
pernyataan identifikasi diri sebagai “wanita” (feminine identification).
Jenis-jenis parafilia tadi tidak
melibatkan kontak seksual yang merugikan lawan jenis. Tidak demikian dengan
sadomasokisme dan paedofilia.
Pedofilia, umumnya diderita orang dewasa,
yang mencari kontak fisik dan seksual dengan anak-anak prapubertas yang tidak
mau berhubungan dengan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar