BAB
I
A.
Latar Belakang
Secara
umum dengan maksud mengidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi oleh
perempuan dalam hal mengakses pelayanan kebidanan kegawat daruratan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Masalah
tersebut memiliki kaitan erat dengan fasilitas dan pelayanan kesehatan itu
sendiri, keluarga, dan masalah sosial budaya lainnya, ini juga dilakukan untuk
mencari upaya perbaikan dari fasilitas kesehatan agar perempuan memiliki aksespelayanan,
pemanfaatan, dan kualitas pelayanan dengan baik.
Upaya
peningkatan kualitas fasilitas dan layanan kesehatan, termasuk upaya perumusan
kebijakan yang memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi
Pelayanan kesehatan memfokuskan
bagaimana program kemitraan pelayanan persalinan terpadu dapat membantu
peningkatan upaya keselamatan ibu dengan menjalin kemitraan dengan lintas
sektoral yang terkait.Kemitraan mengandung arti saling bertukar pengetahuan,
sumberdaya dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama.Untuk itu diperlukan
sikap saling menghargai dan keterbukaan tentang semua hal.
Kemitraan dengan wanita.Pendekatan
partisipasif ini melibatkan kaum ibu mampu mengenali dan menentukan prioritas
masalah kesehatan ibu, menyusun rencana pemecahan masalah bersama pemerintah
setempat dan melaksanakannya.Mengembangkan materi pelayanan kebidanan tentang
kesehatan reproduksi. Pelatihan petugas dalam upaya keselamatan ibu tidaklah
lengkap tanpa adanya pelayanan kebidanan kegawatdaruratan dan motivasi terhadap
keluarga, dan masyarakat.Selanjutnya Kemitraan dengan bidan.Perlu dilakukan
dengan asosiasi kebidanan (IBI) dalam mendukung pelayanan kebidanan dan kesehatan
reproduksi.Melalui asosiasi ini diharapkan para bidan mengikuti program
pelatihan kesehatan reproduksi yang mencakup penanganan kegawatan obstetri,
pencegahan infeksi dan keluarga berencana.Perhatian utama organisasi ini adalah
memaksimalkan kebijakan dan dukungan teknis yang lestari dalam menjaga kualitas
pelayanan kebidanan kegawatdaruratan ibu.
Kemitraan dengan penentu
kebijakan.Kemitraan antara lembaga pembangunan, donor dan pemerintah diperlukan
dalam keberhasilan kegiatan keselamatan ibu. Kemitraan ini telah dilaksanakan,
menunjukkan kemitraan antara penyandang dana, pelayanan kesehatan pemerintah,
tokoh masyarakat. Komitmen nasional terhadap kesehatan ibu oleh Bapenas dan
Depkes memberikan lingkungan yang mendukung pelayanan kesehatan ibu.
Disamping itu, kegiatan komunikasi,
informasi dan edukasi dilaksanakan untuk mendukung kegiatan ini serta
disediakan sarana komunikasi radio dengan fasilitas merespon obstetri gawat.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana
Kurangnya Akses Pelayanan Kebidanan Kegawat Daruratan Persalinan dan Perawatan
Bayi Baru Lahir.
C.
Tujuan Penulisan
Setelah
mempelajari, memahami, diketahui Bagaimana Kurangnya Akses Pelayanan Kebidanan
Kegawat Daruratan Persalinan dan Perawatan Bayi Baru Lahir.
BAB
II
P
E M B A H A S A N
A.
Pelayanan Kebidanan
Agar upaya keselamatan ibu tidak hanya
sekedar retorika tetapi menjadi kenyataan diperlukan komitmen kuat dari penentu
kebijakan, pengelola program dan masyarakat. Implikasi program keselamatan ibu
mencakup hal berikut:
1) Menjamin kehadiran tenaga kesehatan
pada setiap persalinan
2) Memperluas akses terhadap pelayanan
kebidanan ditingkat masyarakat.
3) Meningkatkan akses terhadap pelayanan
obstetri esensial, termasuk pelayanan gawat darurat
4) Menyediakan pelayanan terpadu
kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana dan pelayanan pasca aborsi
5) Menjamin kesinambungan pelayanan yang
berhubungan dengan sarana rujukan dan didukung oleh bahan habis pakai, alat,
obat dan transportasi yang memadai.
Beberapa Kegiatan dalam
menurunkan AKI yaitu :
1. Peningkatan kualitas dan cakupan
pelayanan, melalui :
a) Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan antara lain berupa penyediaan tenaga bidan di desa, kesinambungan
keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada
polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai
pelatihan bagi petugas.
b) Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan
yang berkualitas dan sesuai standar, antara lain bidan desa di polindes/pustu,
puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit
PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
c) Mencegah terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk
KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca
persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan
partisipasi aktif pria
d) Pemantapan kerjasama lintas program
dan sektor, antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda,
organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan
berbagai swasta.
e) Peningkatan partisipasi perempuan,
keluarga dan masyarakat, antara lain dalam bentuk meningkatkan pengetahuan
tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA.
Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan
(dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu,
penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu
pelayanan
2. Peningkatan
kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan kemampuan pengelola
program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan (P1 –
P2 – P3) sesuai kondisi daerah.
3. Sosialisasi
dan advokasi , melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data
informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk
sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak
kepada kepentingan ibu dan anak.
Melalui berbagai upaya antara lain peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan kemampuan petugas serta melalui dukungan dan kemitraan berbagai pihak akan sangat menentukan upaya penurunan AKI terutama dengan memperhatikan 3 pesan kunci MPS.
Melalui berbagai upaya antara lain peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan kemampuan petugas serta melalui dukungan dan kemitraan berbagai pihak akan sangat menentukan upaya penurunan AKI terutama dengan memperhatikan 3 pesan kunci MPS.
Strategi berbasis masyarakat yang akan
mendukung tercapainya tujuan upaya keselamatan ibu meliputi:
-
Melibatkan
anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksana pelayanan setempat, dalam
upaya memperbaiki kesehatan ibu.
-
Bekerjasama
dengan masyarakat, wanita, keluarga dan dukun/pengobat untuk mengubah sikap
terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
-
Menyediakan
pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang komplikasi obstetri
serta kapan dan dimana mencari pertolongan.
Konsep pengembangan sistem informasi
dan pola rujukan dalam peningkatan Upaya kesehatan ibu dapat dimulai dari dukun
bayi yang masih menjadi ujung tombak dalam pelayanan persalinan diharapkan
telah menjadi bagian tenaga pendampingan yang menjadi bagian integral kemitraan
pelayanan persalinan. Penemuan kasus persalinan akan dirujuk oleh dukun bayi ke
bidan desa yang kemudian akan dirujuk kepada tingkat yang lebih tinggi
(dokter/bidan ditingkat Puskesmas, dokter/bidan rumah sakit tingkat
kabupaten/kota dan dokter/bidan rumah sakit tingkat propinsi). Namun demikan
alur informasi dapat dirujuk ke jenjang lebih tinggi mengingat kasus kematian
persalinan masih banyak terjadi karena keterlambatan dalam memberikan
pertolongan persalinan.
Promosi kesehatan dalam sistem
informasi diarahkan bagaimana informasi tentang persalinan secepat mungkin
sampai kepada masyarakat, tenaga kesehatan yang menolong persalinan sehingga
tindakan dini dapat dilakukan dalam menolong persalinan.
Media komunikasi seperti
keberadaan handpone dapat dijadikan sebagai sarana dalam menyampaikan informasi
persalinan kepada bidan yang akan menolong persalinan. Demikian juga untuk
daerah yang sudah maju Dinas Kesehatan perlu merancang media informasi yang
dapat diakses secara online melalui pembuatan website tentang kesehatan ibu dan
anak. Sehingga melalui website ini masyarakat dapat dengan mudah memperoleh
informasi tentang kesehatan termasuk informasi tentang peningkatan upaya
keselamatan ibu dalam proses persalinan.
B.
Kegawatdaruratan Obstetri
Perdarahan yang mengancam nyawa selama
kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu
awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan
ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati
cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan
persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet),
perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
1. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi
yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran
jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.
Pada abortus septik, perdarahan per vagina
yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi
peritoneum, dan kemungkinan syok.Terapi untuk perdarahan yang tidak mengancam
nyawa adalah dengan Macrodex, Haemaccel, Periston, Plasmagel, Plasmafundin
(pengekspansi plasma pengganti darah) dan perawatan di rumah sakit.Terapi untuk
perdarahan yang mengancam nyawa (syok hemoragik) dan memerlukan anestesi, harus
dilakukan dengan sangat hati-hati jika kehilangan darah banyak.Pada syok berat,
lebih dipilih keretase tanpa anestesi kemudian Methergin.Pada abortus pada
demam menggigil, tindakan utamanya dengan penisilin, ampisilin, sefalotin,
rebofasin, dan pemberian infus.
2. Mola hidatidosa (Kista Vesikular)
Penyebab gangguan ini adalah pembengkakan/
edematosa pada vili (degenerasi hidrofik) dan proliferasi trofoblast.Diagnosis
ditegakkan melalui anamnesis yang ditemukan amenore, keluhan kehamilan yang
berlebihan, perdarahan tidak teratur, sekret per vagina berlebihan. Pada hasil
pemeriksaan, biasanya uterus lebih besar dari pada usia kehamilannya Karen ada
pengeluaran kista. Kista ovarium tidak selalu dapat dideteksi.Pada mola kistik,
hanya perdarahan mengancam yang boleh dianggap kedaruratan akut, akibatnya
tindakan berikut tidak dapat dilakukan pada kejadian gawat-darurat.
Terapi untuk gangguan ini adalah segera
merawat pasien di rumah sakit, dan pasien diberi terapi oksitosin dosis tinggi,
pembersihan uterus dengan hati-hati, atau histerektomi untuk wanita tua atau
yang tidak menginginkan menambah anak lagi, transfuse darah, dan antibiotika.
3. Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)
Penyebab gangguan ini adalah terlambatnya
transport ovum karena obstruksi mekanis pada jalan yang melewati tuba uteri.
Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang terjadi kehamilan di
ovarium.Diagnosis ditegakkan melalui adanya amenore 3-10 minggu, jarang lebih
lama, perdarahan per vagina tidak teratur (tidak selalu).
Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri
melahirkan, sering unilateral (abortus tuba), hebat dan akut (rupture tuba),
ada nyeri tekan abdomen yang jelas dan menyebar. Kavum douglas menonjol dan
sensitive terhadap tekanan. Jika ada perdarahan intra-abdominal, gejalanya
sebagai berikut:
1. Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian
bawah, lebih jarang pada abdomen bagian atas.
2. Abdomen tegang.
3. Mual.
4. Nyeri bahu.
5. Membran mukosa anemis.
Jika terjdi syok, akan ditemukan nadi lemah
dan cepat, tekanan darah di bawah 100 mmHg, wajah tampak kurus dan bentuknya
menonjol-terutama hidung, keringat dingin, ekstremitas pucat, kuku kebiruan,
dan mungkin terjadi gangguan kesadaran.
Terapi untuk gangguan ini adalah dengan
infuse ekspander plasma (Haemaccel, Macrodex) 1000 ml atau merujuk ke rumah sakit
secepatnya.
4. Plasenta previa
Plasenta previa adalah tertanamnya bagian
plasenta ke dalam segmen bawah uterus.Penyebab gangguan ini adalah terjadi fase
pergeseran/ tumpang tindihnya plasenta di atas ostium uteri internum yang
menyebabkan pelepasan plasenta.Diagnosis ditegakkan dengan menemukan gejala
utama.Pasien ini mungkin tidak mengalami nyeri, perdarahan berulang atau
kontinu dalam trimester tiga atau selama persalinan tanpa penyebab yang
jelas.juga ditemukan uterus selalu lunak, abdomen tidak tegang, umumnya tanpa
kontraksi persalina atau hanya sedikit.Keadaan umum pasien berhubungan dengan
kehilangan darah. Sebagian besar bunyi jantung janin tetap baik, bunyi jantung
yang tidak memuaskan atau tidak ada hanya pada kasus rupture plasenta atau pelepasan
yang luas.
Tindakan pada plasenta previa
|
1. Tindakan dasar umum. Memantau
tekanan darah, nadi, dan hemoglobin, memberi oksigen, memasang infuse, member
ekspander plasma atau serum yang diawetkan. Usahakan pemberian darah lengkap
yang telah diawetkan dalam jumlah mencukupi.
2. Pada perdarahan yang mengancam
nyawa, seksio sesarea segera dilakukan setelah pengobatan syok dimulai.
3. Pada perdarahan yang tetap hebat
atau meningkat karena plasenta previa totalis atau parsialis, segera lakukan
seksio sesaria; karena plasenta letak rendah (plasenta tidak terlihat jika
lebar mulut serviks sekitar 4-5 cm), pecahkan selaput ketuban dan berikan
infuse oksitosin; jika perdarahan tidak berhenti, lakukan persalinan
pervagina dengan forsep atau ekstraksi vakum; jika perdarahan tidak berhenti
lakukan seksio sesaria.
4. Tindakan setelah melahirkan.
a. Cegah syok (syok hemoragik)
b. Pantau urin dengan kateter menetap
c. Pantau sistem koagulasi
(koagulopati).
d. Pada bayi, pantau hemoglobin,
hitung eritrosit, dan hematokrit.
|
Terapi atau tindakan terhadap gangguan ini
dilakukan di tempat praktik. Pada kasus perdarahn yang banyak, pengobatan syok
adalah dengan infuse Macrodex, Periston, Haemaccel, Plasmagel, Plasmafudin.
Pada kasus pasien gelisah, diberikan 10 mg valium (diazepam) IM atau IV secara
perlahan.
5. Solusio (Abrupsio) Plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta
yang tertanam normal pada dinding uterus baik lengkap mauppun parsial, pada
usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Penyebabnya adalah hematoma retroplasenta
akibat perdarahan dari uteri (perubahan dinding pembuluh darah), peningkatan
tekanan di dalam ruangan intervillus ditingkatkan oleh hipertensi atau
toksemia. Diagnosis ditegakkan melalui temuan nyeri (akibat kontraksi peralinan
sering ada sebagai nyeri kontinu, uterus tetanik), perdarahan per vagina
(jarang ada dan dalam kasus berat, perdarahan eksternal bervariasi), bunyi
jantung jani berfluktuasi (hampir selalu melebihi batas-batas norma, umumnya
tidak ada pada kasus berat), syok (nadi lemah, cepat, tekanan darah rendah,
pucat, berkeringat dingin, ekstremitas dingin, kuku biru).
Penderita yang disangka menderita solusio
plasenta dengan pendarahan genetalia selama kehamilan lanjut, persalinan harus
di rumah sakit. Selama solusio plasenta, dapat terjadi hal-hal berikut:
1. Perdarahan yang mengancam nyawa dan syok.
2. Tromboplasti yang diikuti oleh apopleksi
uteroplasenta.
3. Gagal ginjal akut, pada kasus anuria atau
oligouria yang lebih ringan, pada kasus ginjal syok yang berat dan nekrosis
korteks ginjal.
4. Infuse amnion (sangat jarang).
Tindakan yang dilakukan di tempat praktik
dokter harus hati-hati ketika melakukan pemeriksaan luar, harus menghindari
pemeriksaan vagina.Di tempat praktik dokter, biasanya sangat sulit membedakan
dengan jelas solusio plasenta dari plasenta previa. Pasien diberi infuse
Macrodex, Periston, Haemaccel, Plasmagel, dan Plasmafudin, serta petidin
(Dolantin) 100 mg IM. Tindakan di rumah sakit meliputi pemeriksaan umum yang
teliti (nadi, tekanan darah, jumlah perdarahan per vagina, penentuan
hemoglobin, hematokrit dan pemantauan pengeluaran urin).
Profilaksis untuk syok dengan mulai memberi
infuse, menyediakan darah lengkap yang diawetkan, pemeriksaan golongan darah
dan profil koagulasi. Pemeriksaan vagina, pada perdarahan hebat pecahkan
selaput ketuban tanpa memandang keadaan serviks dan nyeri persalinan. Tindakan
ini harus diikuti dengan infuse oksitosin (Syntocinon) 3 unit per 500 ml.
Penghilangan nyeri dan sedative untuk profilaksis syok menggunakan dolantin
(Petidin), novalgin (Noraminodopirin) IV, talwin (Pentazosin) IV dan IM.
Tindakan tambahan pada janin yang hidup dan
dapat hidup adalah dengan seksio sesaria.Pada janin yang mati, usahakan
persalinan spontan.Jika perlu, ekstraksi vakum atau kraniotomi pada perdarahan
yang mengancam nyawa (juga pada janin yang mati atau tidak dapat hidup).
6. Retensio Plasenta (Plasenta Inkompletus)
Penyebab gangguan ini adalah retensio (nyeri
lahir yang kurang kuat atau perlengkapan patologi) dan inkarserasi (spasme pada
daerah isthmus serviks, sering disebabkan oleh kelebihan dosis
analgesik).Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya plasenta tidak lahir spontan
dan tidak yakin apakah plasenta lengkap.
Terapi untuk retensio atau inkarserasi adalah
35 unit Syntocinon (oksitosin) IV yang diikuti oleh usaha pengeluaran secara
hati-hati dengan tekanan pada fundus.Jika plasenta tidak lahir, usahakan
pengeluaran secara manual setelah 15 menit. Jika ada keraguan tentang
lengkapnya plasenta,lakukan palpasi sekunder.
7. Ruptur Uteri
Penyebab rupture uteri meliputi tindakan
obstetric (versi), ketidakseimbangan fetopelvik, letak lintang yang diabaikan
kelebihan dosis obat untuk nyeri persalinan atau induksi persalinan, jaringan
parut pada uterus (keadaan setelah seksio sesaria, meomenukleasi, operasi
Strassman, eksisi baji suetu tuba), kecelakaan (kecelakaan lalu lintas), sangat
jarang.
Rupture Uteri mengancam (hampir lahir)
diagnosis melalui temuan peningkatan aktifitas kontraksi persalinan (gejolak
nyeri persalinan), terhentinya persalinan, regangan berlebihan disertai nyeri
pada segmen bawah rahim (sering gejala utama), pergerakan cincin Bandl ke atas,
tegangan pada ligament rotundum, dan kegelisahan wanita yang akan bersalin.
Rupture yang sebenarnyadidiagnosis
melalui temuan adanya kontraksi persalinan menurun atau berhenti mendadak
(munculnya sebagian atau seluruh janin kedalam rongga abdomen yang bebas),
berhentinya bunyi jantung atau pergerakannya atau keduanya, peningkatan tekanan
akibat arah janin, gejala rangsangan peritoneal (nyeri difus, muscular
defence, dan nyeri tekan) keadaan syok peritoneal, perdarahan eksternal
(hanya pada 25% kasus), perdarahan internal (anemia, tumor yang tumbuh cepat
disamping rahim yang menunjukkan hematoma karena rupture inkompletus/
terselubung).
Rupture tenang didiagnosis melalui
temuan setiap keadaan syok yang tidak dapat dijelaskan pada inpartum atau pasca
partum dan harus dicurigai dibsebabkan oleh ruptur uteri.
Terapi untuk gangguan ini meliputi hal-hal
berikut.
1. Histerektomi total, umumnya rupture meluas
ke segmen bawah uteri, sering ke dalam serviks.
2. Hesterektomi supra vagina hanya dalam
kasus gawat darurat.
3. Membersihkan uterus dan menjahit rupture,
bahaya rupture baru pada kehamilan berikutnya sangat tinggi.
4. Pada hematoma parametrium dan angioreksis
(ruptur pembuluh darah). Buang hematoma hingga bersih, jika perlu ikat arteri
iliaka hipogastrikum.
5. Pengobatan antisyok harus dimulai bahkan
sebelum dilakukan operasi.
8. Perdarahan Pascapersalinan
Penyebab gangguan ini adalah kelainan
pelepasan dan kontraksi, rupture serviks dan vagina (lebih jarang laserasi
perineum), retensio sisa plasenta, dan koagulopati. Perdarahan pascapersalinan
tidak lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama, kehilangan darah 500 ml atau
lebih berarti bahaya syok. Perdarahan yang terjadi bersifat mendadak sangat
parah (jarang), perdarahan sedang (pada kebanyakan kasus), dan perdarahan
sedang menetap (terutama pada ruptur). Peningkatan anemia akan mengancam
terjadinya syok, kegelisahan, mual, peningkatan frekuensi nadi, dan penurunan
tekanan darah.
Terapinya bergantung penyebab perdarahan,
tetapi selalu dimulai dengan pemberian infuse dengan ekspander plasma, sediakan
darah yang cukup untuk mengganti yang hilang, dan jangan memindahkan penderita
dalam keadaan syok yang dalam. Pada perdarahan sekunder atonik:
1. Beri Syntocinon (oksitosin) 5-10 unit IV,
tetes oksitosin dengan dosis 20 unit atau lebih dalam larutan glukosa 500 ml.
2. Pegang dari luar dan gerakkan uterus ke
arah atas.
3. Kompresi uterus bimanual.
4. Kompresi aorta abdominalis.
5. Lakukan hiserektomi sebagai tindakan
akhir.
9. Syok Hemoragik
Penyebab
gangguan ini.
1. Perdarahan eksterna atau interna yang
menyebabkan hiposekmia atau ataksia vasomotor akut.
2. Ketidakcocokan antara kebutuhan metabolit
perifer dan peningkatan transpor gangguan metabolic, kekurangan oksigen
jaringan dan penimbunan hasil sisa metabolik yang menyebabkan cidera sel yang
semula reversibel kemudian tidak reversibel lagi.
3. Gangguan mikrosirkulasi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tekanan
darah dan nadi; pemeriksaan suhu, warna kulit, dan membrane mukosa perbedaab
suhu antara bagian pusat dan perifer badan; evaluasi keadaan pengisian
(kontraksi) vena dan evaluasi palung kuku; keterlambatan pengisian daerah
kapiler setelah kuku ditekan; dan ekskresi urin tiap jam.
Setiap penderita syok hemoragik di rawat di
rumah sakit.Terapi awal syok bertujuan mengembalikan hubungan normal antara
volume kecepatan denyutjantung dan kebutuhan perifer yang sebenarnya.
10. Syok Septik (Bakteri, Endotoksin)
Penyebab gangguan ini adalah masuknya
endotoksin bakteri gram negative (coli, proteus, pseudomonas, aerobakter,
enterokokus).Toksin bakteri gram positif (streptokokus, Clostridium welchii)
lebih jarang terjadi.Pada abortus septic, sering terjadi amnionitis atau
pielonefritis.Adanya demam sering didahului dengan menggigil, yang diikuti
penurunan suhu dalam beberapa jam, jarang terjadi hipotermi. Tanda lain adalah
takikardia dan hipotensi yang jika tidak diobati hamper selalu berlanjut ke
syok yang tidak reversible. Gangguan pikiran sementara (disorientasi) sering
tidak diperhatikan.Nyeri pada abdomen (obstruksi portal dan ekstremitas yang
tidak tegas).Ketidakcocokan antara gambaran setempat dan keparahan keadaan
umum.Jika ada gagal ginjal akut dapat berlanjut ke anuria.Trobopenia sering
terjadi hanya sementara.
Terapi untuk gangguan ini adalah tindakan
segera selama fase awal. Terapi tambahan untuk pengobatan syok septic (bakteri)
selalu bersifat syok hipovolemik (hipovolemia relatif) adalah terapi infuse
secepat mungkin yang diarahkan pada asidosis metabolik. Terapi untuk infeksi
adalah antibiotika (Leucomycin, kloramfenikol 2-3 mg/hari, penisilin sampai 80
juta satuan/ hari).Pengobatan insufisiensi ginjal dengan pengenalan dini bagi
perkembangan insufisiensi ginjal, manitol (Osmofundin). Jika insufisiensi
ginjal berlanjut 24 jam setelah kegagalan sirkulasi, diperlukan dialysis
peritoneal.
11. Preeklamsia Berat
Istilah eklamsia berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala
eklamsia terjadi dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda lain. Pada wanita
yang menderita eklamsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh
koma.Bergantung pada saat timbulnya, eklamsia dibedakan menjadi eklamsia
gravidarum, eklamsia parturientum, dan eklamsia puerperalis.
Jika salah satu diantara gejala atau tanda
berikut ditemukan pada ibu hamil, dapat diduga ibu tersebut mengalami
preeklamsia berat.
1. Tekanan darah 160/110 mmHg.
2. Oligouria, urin kurang dari 400 cc/ 24
jam.
3. Proteinuria, lebih dari 3g/ liter.
4. Keluhan subyektif (nyeri epigastrium,
gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru, sianosis, gangguan kesadaran).
5. Pada pemeriksaan, ditemukan kadar enzim
hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina, dan trombosit kurang
dari 100.000/ mm.
Diagnosis eklamsia harus dapat dibedakan dari
epilepsy, kejang karena obat anesthesia, atau koma karena sebab lain seperti
diabetes. Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin.
Sebagai
pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan :
1. Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10
ml (4 gram) disuntikkan intra muskulus pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis
permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap jam menurut keadaan. Obat tersebut
selain menenangkan juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis.
2. Klorpomazin 50 mg intramuskulus.
3. Diazepam 20 mg intramuskulus.
Penanganan kejang dengan memberi obat
anti-konvulsan, menyediakan perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas,
masker,dan balon oksigen), memberi oksigen 6 liter/menit, melindungi pasien
dari kemungkinan trauma tetapi jangan diikat terlalu keras, membaringkan pasien
posisi miring kiri untuk mengurangi resiko respirasi. Setelah kejang, aspirasi
mulut dan tenggorok jika perlu.
Penanganan
umum meliputi :
1. Jika setelah penanganan diastolik tetap
lebih dari 110 mmHg, beri obat anti hipertensi sampai tekanan diastolik di
antara 90-100mmHg.
2. Pasang infus dengan jarum besar (16G atau
lebih besar).
3. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai
terjadi overload cairan.
4. Kateterisasi urin untuk memantau
pengeluaran urin dan proteinuria.
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam,
hentikan magnesium sulfat dan berikan cairan IV NaCl 0,9% atau Ringer laktat 1
L/ 8 jam dan pantau kemungkinan edema paru.
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang
disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7. Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan
denyut jantung tiap jam.
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda
edema paru.
9. Hentikan pemberian cairan IV dan beri
diuretic (mis: furosemid 40 mg IV sekali saja jika ada edema paru).
10. Nilai pembekuan darah jika pembekuan
tidak terjadi sesudah 7 menit (kemungkinan terdapat koagulopati).
C. Perawatan Bayi Baru Lahir.
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus
mencegah atau menangani hipotermia.
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap
terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI.
Jangan
kelewat panik jika bayi kerap menangis di minggu-minggu pertama
kehidupannya.Menangis adalah sarana baginya untuk berkomunikasi.Dengan
mengamati perilakunya, Anda sebenarnya bisa memahami makna tangisan si kecil,
sekaligus bagaimana menanganinya.
1. Lapar.
Bayi yang menangis karena lapar sangat mudah ditebak.Ia akan
menangis sebentar lalu menangis lagi dengan berulang dan sama waktunya. Saat
Anda menggendong dan mengusapkan jari ke mulutnya, ia memberi reaksi ingin
mengisap. Segera susui sampai ia merasa kenyang.
2. Buang
air. Popok yang basah bisa membuat bayi merasa tidak nyaman.Ia
biasanya menangis perlahan dan akan semakin keras jika tidak segera diganti
popoknya. Ganti secepatnya dengan popok yang bersih, bukan hanya untuk
kenyamanan tapi juga kesehatannya.
3. Kepanasan
atau kedinginan. Bayi yang baru lahir senang dibungkus
(dibedong) karena memberinya rasa nyaman dan hangat. Tapi ada kalanya ia merasa
tak nyaman jika pakaian yang membungkusnya terlalu tebal dan tidak menyerap
keringat sehingga ia menangis.
4. Kolik.
Jika bayi Anda menangis tanpa henti dalam waktu lama di sore
hingga malam hari, bisa jadi ia mengalami kolik yang biasanya muncul sebelum
bayi berusia 2 minggu dimana sekitar 10% bayi mengalaminya. Penyebabnya
beragam, kemungkinan karena masalah di saluran pencernaan yang belum sempurna
atau kembung di perut akibat gas yang berlebihan. Tetap susui ia dan tenangkan
tangisannya dengan membawanya keluar kamar atau menimang-nimang di teras untuk
sekedar mengganti suasana.
5. Sakit.
Jeritan tangis yang melengking dan berkepanjangan (tidak mau
berhenti meski Anda susui atau timang-timang), disertai gerakan seperti
menggeliat-geliat menandakan ada yang salah pada dirinya. Coba raba bagian demi
bagian tubuhnya, jika saat Anda pegang dan gerakkan ia menangis, bisa jadi
bagian tubuh itu yang sakit. Segera hubungi dokter Anda.
D. Menyusui Dengan
Sempurna
Sistim
kekebalan bayi di tahun pertama belum sempurna. ASI memberi komposisi nutrisi
yang paling sempurna untuk pertumbuhannya, mencegah penyakit hingga
kematian bayi.
6. Saat
yang tepat. Bayi baru lahir harus sesegera mungkin disusui.
Sesaat setelah melahirkan, payudara Anda akan menghasilkan kolstrum yang sangat
berguna untuk daya tahan tubuhnya. Idealnya, dalam ½ hingga 1 jam setelah Anda
melahirkan, bayi harus disusui. Bicarakan pada dokter dan pihak rumah sakit
untuk membantu Anda melakukan inisiasi dini ASI (menyusui bayi begitu
ia lahir sebelum bayi maupun ibu dipindahkan ke kamar perawatan) di ruang
persalinan.
7. Jadwal
menyusu. Jangan memberi jadwal untuk bayi menyusu. Yang
benar adalah memberinya ASI kapan saja ia inginkan. Namun, bayi baru lahir juga
kerap tidur sangat lelap dan panjang. Perlu Anda ingat bahwa ia tetap
membutuhkan ASI untuk pertumbuhannya. Bangunkan bayi setiap 1,5 – 2 jam dan
coba susui.
8. Teknik
menyusui. Mulut bayi harus terbuka lebar dan mencakupi sebagian
besar areola, bukan sekedar menggantung di puting.Bibir atas dan bawah membuka
ke luar, dagu menempel pada payudara dan pipi tampak penuh.Susui bayi lebih
sering di malam hari karena itu saat hormon prolaktin (hormon penghasil ASI)
lebih banyak diproduksi, sehingga ASI lebih banyak dihasilkan.
9. Menyusui
dengan kedua payudara. Di dalam ASI ada zat inhibitor yang bisa
mencegah sel-sel penghasil susu bekerja. Fungsinya untuk mencegah pembengkakan
payudara atau bila ibu kehilangan bayi (meninggal). Bila payudara dikosongkan,
zat inhibitor akan keluar bersama ASI sehingga sel-sel penghasil susu akan
kembali bekerja. Karena itu agar bisa terus menghasilkan ASI, susui bayi
setidaknya selama 15 menit pada satu sisi payudara sampai kosong sebelum Anda
menggantinya pada sisi payudara yang lain.
E. Menggendong &
Menggangkat Bayi
Menggendong
bayi memberi rasa aman dan membentuk ikatan emosional antara Anda dan bayi,
tapi menggendong bayi tidak bisa dilakukan sembarangan, ada teknik yang harus
dipelajari.
10. Mengangkat
bayi. Selipkan satu lengan di bawah kepala dan lengan lainnya
menyangga pantat.Angkat dengan perlahan dan lembut lalu dekatkan ke
dada.Pastikan bahwa posisi kepalanya lebih tinggi dibanding bagian tubuh
bawah.Sanggalah lehernya dengan benar karana otot-otot leher bayi belum bisa
menyangga kepalanya dengan baik.
11. Menggendong
di lengan. Ini adalah posisi yang paling umum dilakukan untuk
menggendong bayi yang baru lahir.Posisi kepala bayi berada di atas siku lengan
dan lengan satunya menopang seluruh tubuh.
12. Mendekap
bayi. Bayi merasa nyaman jika mendengar detak jantung orang
yang mendekapnya.Posisikan bayi berdiri dengan wajah menghadap ke dada Anda.
Gunakan satu tangan untuk menahan pantat dan tangan lain untuk menahan
lehernya.
F. Membersihkan &
Memandikan Bayi
Sebenarnya,
tidak sulit memandikan dan membersihkan bayi, bahkan bisa menjadi aktivitas
yang mengasyikkan bagi ibu dan bayi.
13. Tali
pusar. Tali pusar harus tetap kering agar terhindar dari
infeksi.Setiap mengganti popok, bersihkan tali pusar dengan membungkusnya
(jangan terlalu ketat) menggunakan kain kasa steril yang sudah dibasahi alkohol
70% secara hati-hati.Bila pangkal tali pusarnya bernanah atau mengeluarkan
darah, segera konsultasikan dengan dokter.
14. Mata.
Basahi kapas dengan air hangat yang steril, lalu bersihkan
sekeliling mata bayi.Usap bagian dalam ke bagian luar sudut mata.Gunakan kapas
baru untuk membersihkan mata lainnya.
15. Telinga.
Jangan mengorek, menarik atau mengulas bagian dalam telinga
bayi.Ini bukan hanya bisa melukai gendang telinganya tapi juga bisa mendorong
kotoran telinga lebih dalam dan menyebabkan infeksi.Cukup bersihkan bagian luar
dan pintu masuk lubang telinga dengan kapas yang telah dibasahi.
16. Kelamin
bayi laki-laki. Tarik dengan sangat lembut dan perlahan kulit
penis sehingga tutup kepala penis tersingkap dan kotoran mudah dibersihkan
dengan menggunakan kapas basah.Kotoran yang tidak dibersihkan, mudah
menimbulkan infeksi atau sumbatan saluran kemih.
17. Kelamin
bayi perempuan. Pegang dua pergelangan kakinya dengan satu
tangan dan angkat perlahan hingga kelaminnya terlihat.Dengan kapas, usap bagian
bibir luar kelamin. Ingat! Usaplah bibir kelamin ke arah anus dan bukan
sebaliknya.Salah mengusap sering mengakibatkan kotoran masuk ke kelamin dan
menimbulkan infeksi.
18. Peralatan
mandi. Pilih sabun mandi yang tidak mengiritasi kulit, berbau
lembut, tidak berwarna dan memiliki pH 5-7.Gunakan sampo khusus bayi yang tidak
pedih di mata dan rendah kandungan alkoholnya.Jangan membubuhkan bedak pada
kelamin bayi karena bisa menimbulkan infeksi.Cukup pada daerah lipatan seperti
paha, ketiak dan punggung, serta pastikan dalam keadaan kering untuk mencegah
timbulnya iritasi.
19. Memandikan
bayi. Untuk bayi baru lahir, sabuni dulu seluruh tubuhnya
dengan waslap secara perlahan baru kemudian memberi sampo pada kepalanya agar
ia tidak cepat kedinginan. Setelah itu, baru rendam tubuhnya di bak mandi bayi
dan bilas hingga bersih.Saat memegang, pastikan satu tangan menyangga penuh
leher hingga bagian lengan bayi untuk mencegahnya tercebur.Segera keringkan
dengan handuk yang lembut, bukan dengan mengusap-usap melainkan dengan menekan
handuk perlahan.
G. Mengatasi Keadaan
Darurat
Keadaan
darurat bisa menimpa kapan saja.Yang penting Anda tetap tenang dan memiliki
langkah pencegahan yang tepat.
20. Demam. Bayi demam jika
suhu tubuhnya di atas 37,7° C. Beri asetaminofen untuk bayi (yang sudah Anda
konsultasikan dengan dokter) dan tunggu 30 – 45 menit untuk melihat apakah
obatnya bekerja. Longgarkan pakaiannya dan tempelkan spons berisi air bukan
pada dahi melainkan di ketiak, kaki dan badannya. Susui sesering dan sebanyak
mungkin, jika dalam 24 jam tidak kunjung reda, bawa ke dokter.
21. Batuk. Susui bayi agar
lendir kental di saluran napasnya mencair.Beri minyak telon hangat ke dada dan
leher untuk melegakan pernapasan. Singkirkan perangsang batuk seperti bau obat
nyamuk atau matikan AC. Untuk bayi dibawah usia 3 bulan, jangan memberinya obat
batuk apapun kecuali atas petunjuk dokter.
22. Diare. Pada bulan-bulan
pertama, bayi bisa buang air besar hingga 8 sampai 10 kali dalam satu hari
karena tubuhnya sedang beradaptasi dan pencernaannya belum sempurna.Tapi jika
BABnya lebih banyak dari biasa dengan warna dan bau yang tidak normal, terus
berikan ASI agar bayi tidak dehidrasi dan segera hubungi dokter anak.
23. Jatuh. Perlahan, periksa
seluruh tubuh bayi untuk melihat apakah ada perubahan warna kulit,
pembengkakan, atau gangguan fungsi anggota badan.Gerakkan semua anggota badan
secara pelan dan perhatikan reaksinya.Jika bayi tidak sadarkan diri, segera
bawa ke UGD.
24. Tersedak. Telungkupkan
tubuh bayi dan tepuk-tepuk pundaknya agar benda asing yang berada di saluran
pernapasannya keluar. Segera bawa ke UGD jika ia kesulitan bernapas.
H. Alternatif Pemecahan Masalah
Akses pelayanan Kebidanan kegawat
daruratan persalinan dan perawatan bayi baru lahir adalah adanya suatu metode
pendekatan pemecahan masalah pelayanan kebidanan gawat darurat persalinan dan
juga perawatan bagi bayi yang meliputi kesehatan ibu dan anak yang khusus
dilakukan oleh bidan di dalam memberikan pelayanan perawatan bayi baru lahir, individu, keluarga dan masyarakat.
BAB
III
KESIMPULAN
Agar
upaya keselamatan ibu tidak hanya sekedar retorika tetapi menjadi kenyataan
diperlukan komitmen kuat dari penentu kebijakan, pengelola program dan
masyarakat. Implikasi program keselamatan ibu
Mendapatkan masukan dalam
penyempurnaan laporan dan rekomendasi, guna mendorong upaya peningkatan
kualitas fasilitas dan akses layanankebidanan, termasuk upaya perumusan
kebijakan yang memenuhi kebutuhan pelayanan kebidanan gawat darurat dalam
persalinan dan perawatan bayi baru lahir.
Pelayanan
Kebidanan agar memakai jasa pelayanan
dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari Pelayanan Kebidanan Kegawat
Daruratan yang diselenggarakan Secara luas, akses layanan
kebidanan kesehatan Pelayanan Kebidanan Kegawat
Daruratan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan,
yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem layanan kesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://wahyulovelyta.blogspot.com/2012/02/kegawatdaruratan-neonatus.html
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/04/makalah-program-kb-di-indonesia.html
http://mulkasem.blogspot.com/2011/07/1-kegawatdaruratan-dalam-kebidanan.html
http://fk.uns.ac.id/index.php/prodi/detail/diploma-iv-kebidanan
http://blogs.unpad.ac.id/kknmcipatujah2012/2012/07/21/penyuluhan-kegawatdaruratan-penyakit-umum-dan-kebidanan/
http://blogs.unpad.ac.id/kknmcipatujah2012/2012/07/21/penyuluhan-kegawatdaruratan-penyakit-umum-dan-kebidanan/
http://www.anakku.net/perawatan-pasca-persalinan.html
http://www.buku-plus.com/detail/keluarga-622.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar