Y a p m a

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR

Alamat Jl. Maccini Raya No. 197 Makassar(0411) 436068

Menerima Mahasiswa Baru T.A. 2016-2017
PROGRAM STUDI :
* KESEHATAN MASYARAKAT
* S1 KEPERAWATAN
* PROFESI NERS

FACEBOOK CENTER
Created by:Razak Facebook

Selasa, 08 Juni 2010

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi ketika muntah terjadi san-gat hebat dan dapat mengarah pada kekurangan cairan tubuh dan kehi-langan berat badan (http;//www.emedicine.com, diakses tanggal 9 Januari 2009).
Word Health Organisation (WHO) memperkirakan bahwa sedikitnya 15 % dari semua wanita hamil memerlukan perawatan obstetrik yang ter-latih dan bila tidak ada maka wanita tersebut akan mengalami kesakitan dan kecacatan yang serius dan berkepanjangan (WHO,2003).
Mual atau sering disebut nausea dan emesis gravidarum adalah hal yang wajar dan sering ditemukan dalam kehamilan terutama dalam trimester pertama kehamilan. Menurut penelitian Wiknjosastro H. 60% sampai 80% dari wanita yang pertama kali mengandung (primigravida) dan 40% sampai 60% dari wanita yang sudah pernah mengandung (multigravida) mengaku mengalami masalah mual muntah ini (Wiknjosastro H, 2002 ; 281).
Tetapi satu dari seribu wanita yang mengandung tersebut mengalami gejala lebih berat dari biasanya yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum sebenarnya memiliki gejala yang sama dengan mual muntah pada umumnya (nausea dan emesis gravidarum), hanya gejalanya lebih berat yang ditandai mulai dengan terganggunya aktivitas ibu sehari-hari, gejala yang berkepanjangan sampai keadaan umum ibu yang memburuk yang mengharuskan ibu dirawat di rumah sakit, bahkan yang lebih berat lagi dapat mengancam nyawa si ibu dan bakal sang buah hati.
Komplikasi-komplikasi sebagai akibat langsung dari kehamilan yaitu hiperemesis gravidarum, pre eklampsia dan eklampsia, kelainan dalam lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin, perdarahan antepartum, dan kehamilan kembar (Wiknjosastro H, 2002 ; 281).
Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur (Mochtar R, 1998 ; 159). Hiperemesis gravidarum paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I namun biasa berlanjut sampai trimester ke II dengan penanganan yang baik hiperemesis dapat teratasi dengan sangat memuaskan. Akan tetapi, muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim. Pada tingkat yang lebih berat hiperemesis dapat mengancam jiwa ibu dan janin (Wiknjosastro H, 2002 ;278).
Data mengenai hiperemesis gravidarum untuk daerah sulawesi selatan berdasarkan hasil laporan pada tahun 2008 jumlah ibu hamil sebanyak 2.203 dan 543 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum. Berdasarkan hasil laporan RS Jala Ammari tahun 2008 jumlah ibu hamil sebanyak 334 dan yang mengalami hiperemesis gravidarum adalah 53 orang.


B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis meru-muskan masalah yaitu bagaimana gambaran Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari Tahun 2009?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari Makassar Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil berdasarkan umur ibu.
b. Untuk mengetahui gambaran Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil berdasarkan paritas.
c. Untuk mengetahui gambaran Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil berdasarkan umur kehamilan.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitaan diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang Hiperemesis Gravidarum juga sebagai bahan reverensi tentang perma-salahan di bidang kesehatan Reproduksi.


2. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan dan jugu informasi bagi RS AL JALA AMMARI untuk dapat memberikan informasi yang tepat pada ibu hamil khusussnya ibu Hiperemesis Gravidarum.
3. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pembelajaran dalam mengembangkan ilmu tentang Hiperemesis gravidarum.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
a. Proses yang diawali dengan pertemuan sel telur (Ovum) dengan sel mani (spermatozoa) dimana sebelum terjadi persenyawaan ovum dan spermatozoa telah mengalami proses pematangan terlebih dahulu baik dari wujud maupun dari jumlah kromosom (Wiknjosastro S, 2002:58).
b. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin di mana hal ini berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu 9 bulan 7 hari) di hitung dari haid pertama haid terakhir (Saifuddin AB, 2003:55).
c. Kehamilan merupakan masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus didalam tubuh (http/portol.cub.net com diakses 26 Januari 2009).
d. Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambunagn yang terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi pada uterus, pembentukan plasenta serta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba IBG, 1998).
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
a. Tanda-Tanda Presumtif (Mochtar. R, 1998)
1) Amenorhoe (Tidak haid)
Penting diketahui hari pertama haid terakhir untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan.
Persalinan akan terjadi yang dihitung dengan menggunakan rumus Neagle yaitu hari +7, bulan -3, dan tahun +1
2) Mual dan Muntah
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari maka disebut morning sickness.
3) Mengidam (Ingin makan khusus)
Ibu hamil sering meminta makanan dan minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama.
4) Tidak tahan suatu bau-bauan
5) Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
6) Tidak ada nafsu makan
7) Lelah
8) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktus dan alveoli pa-yudara, kelenjar montgomery terlihat lebih membersar.
9) Sering berkemih
Karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar.
10) Konstipasi/obstipasi, karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
11) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta.
12) Epulis, hipertropi dari papil gusi.
13) Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki,betis dan
vulva biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
b. Tanda-Tanda Kemungkinan Hamil
1) Uterus akan membesar
Pada bulan-bulan pertama awal kehamilan dibawah pengaruh hormon dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran disebabkan oleh hipertropi otot polos utrus, disamping itu serabut-serabut kolagen yang menjadi higroskopis akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin.
2) Tanda Hegar
Pada minggu pertama isthmus uteri mengadakan hiperttropi seperti korpus uteri yang membuat isthmus ini lebih panjang dan lunak yang di sebut tanda Hegar.
3) Tanda Chadwick
Karena adanya pengaruh hormon estrogen vagina dan vulva akan mengalami hipervaskularisasi. Mengakibatkan vagina dan vulva mengalami kebiru-biruan (livide) yang disebut tanda chadwick.

4) Tanda Piscasek
Kadang-kadang teraba fundus uteri tidak rata karena uterus lebih cepat tumbuh didaerah implantasi telur (tanda piscasek).
5) Tanda Braxton-hiks
Sewaktu palpasi atau toucher rahim yang lunak sekonyong-konyong menjadi keras karena terjadi kontraksi.
6) Test Kehamilan Positif
Cara khas yang dipakai untuk menentukan adanya HCG pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari dengan test kehamilan tertentu air kencing pagi hari ini dapat membantu mendiagnosa kehamilan sedini mungkin (Wiknjosastro.H, 2002).
c. Tanda Pasti (Tanda Positif ) (Mochtar,R.1998)
1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.
2) Denyut jantung bayi
a) Didengar dengan steteskop-Monoral Laennec.
b) Dicatat dan didengar dengan alat Dopler.
c) Dicatat dengan Feto-elektro kardiogarm.
d) Dilihat pada ultrasonografi.
3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto- rontgen.
3. Perubahan-Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan
a. Perubahan anatomik dan fisiologis pada wanita hamil
1) Uterus
Uterus yang semula beratnya 30 gram akan mengalami hepertropi dan hyperplasia sehingga menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan dan membesar mengikuti pertumbuhan janin.
2) Vagina
Karena pengaruh hormon estrogen vagina dan vulva akan mengalami peningkatan pembuluh darah sehingga tampak kebiru-biruan.
3) Ovarium
Ovarium yang mengandung korpus luteum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta pada umur kehamilan 16 minggu.
4) Payudara
Payudara akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan seba-gai persiapan produksi asi yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron dan somatomammotropin.
b. Perubahan pada sistem sirkulasi darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh adanya peningkatan kebu-tuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi) puncaknya pada umur ke-hamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah), bertambah sekitar 20% sedangkan curah jantung bertambah 30 %.
c. Perubahan pada sistim respirasi
Sistem respirasi mengalami perubahan bentuk untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Ibu hamil akan bernafas lebih dalam 20-25 % dari biasanya.
d. Perubahan pada sistem pencernaan
Morning sickness dapat terjadi karena adanya peningkatan hormon estrogen dan HCG pada kehamilan muda. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga mortilitas usus berkurang bisa terjadi obstipasi.
e. Perubahan pada traktus urinarius
Adanya tekanan uterus yang mulai membesar pada kandung kemih kehamilan dan turunnya kepala janin hamil tua menyebabkan sering kencing.
f. Perubahan warna kulit
Pada kulit terjadi deposit pigmen dan hiperpigmentasi.
g. Perubahan pada metabolisme
Pada kehamilan metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar dimana kebutuhan nutrisi makin meningkat untuk pertum-buhan janin dan persiapan laktasi (Manuaba IBG,1998).
4. Perubahan -Perubahan Psikologis Wanita Hamil
a. Trimester pertama (1-3 bulan)
Periode ini adalah periode penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia hamil, dimana seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih menyakinkan bahwa dirinya sedang hamil.
b. Trimester Kedua (4-6 Bulan)
Trimester kedua biasanya lebih menyenangkan. Tubuh wanita terbiasa dengan tingkat hormon yang tinggi. Morning sickness telah hilang ia telah menerima kehamilannya dan ia menggunakan pikiran dan energinya lebih konstruktif. Janin masih tetap kecil dan belum menyebabkan ketidaknyamanan dengan ukurannya. Selama trimester ini, terjadi quickening ketika ibu merasakan gerakan bayinya pertama kali. Pengalaman tersebut menandakan pertumbuhan serta kehadiran makhluk baru, dan hal ini sering menyebabkan calon ibu memiliki dorongan psikologis yang besar
c. Trimester Ketiga (7-9 bulan)
Trimester ketiga ditandai dengan klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi. Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah calon ibu menjadi lelah dan menunggu terlalu lama.Sekitar dua minggu sebelum melahirkan, sebagian besar wanita mulai mengalami perasaan senang. Reaksi calon ibu terhadap persalinan ini se-cara umum tergantung pada persiapannya dan presepsinya terhadap ke-jadian ini.

B. Tinjauan Umum tentang Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
a. Hiperemesis gravidarum adalah bila ibu hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kekerasan dan kelenturan kulit berkurang, diuresis (jumlah urine) berkurang, dan timbul asetonuri (keton urine). (Sastrawinata S, 2004).
b. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar Rustam, 2002).
c. Hiperemesis gravidarum adalah mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum). Merupakan gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I, gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro H, 2005).
d. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguaan aktifitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidupnya (Manuaba, 2001). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hiperemesis gravidarum adalah muntah berat dan berlebihan yang terjadi pada ibu hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonotropin dibentuk berlebihan.
b. Faktor organik masuknya vili choriaslis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil dan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu.
c. Alergi,
Pada kehamilan, diduga terjadi infasi jaringan vili korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadiaan Hiperemesis Gravidarum.
d. Faktor Psikologis
Ibu yang sedang mengalami kehamilan, dituntut tidak hanya harus siap secara fisik, tetapi juga harus siap secara mental. Hal inilah yang diperhatikan ibu hamil yang lebih siap dalam menghadapi perubahan fisik, tetapi tidak siap secara mental. Perubahan secara fisik pada ibu hamil memang mudah ditebak dan umum terjadi pada setiap ibu yang sedang mengalami kehamilan, seperti perubahan bentuk tubuh dengan badan yang semakin besar, munculnya jerawat diwajah atau kulit muka yang mengelupas. Namun perubahan secara mental pada ibu hamil sangat susah ditebak dan tidak selalu sama terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan dengan hadirnya janin di dalam rahim, maka hal itu akan mempengaruhi emosi si ibu. Apabila pengaruh emosi ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis atau pun lingkungan tempat tinggal maka hal ini akan mengakibatkan stres pada ibu hamil. Demikian diungkapkan Eko Handayani MPsi dari bagian Fsikologis Klinis anak Fakultas Fisikologi Universitas Indonesia.
Stres pada ibu hamil pasti akan memberikan akibat pada janin yang dikandungnya karena posisi janin yang berada didalam rahim merespon apa yang sedang dialami oleh ibu. Berdasarkan penelitian ini, ibu hamil yang merasakan stres akan meningkatkan resiko melahirkan bayi prenatur dan bayi yang lebih kecil. Bahkan bahaya stres pada ibu hamil dapat mengakibatkan janin keguguran.
Kondisi psikologis ibu berpengaruh terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum pada awal kehamilan. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sehingga ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil rentang sebagai pelarian kesukaran hidup.
3. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
Diagnosis hiperemisis biasanya tidak susah, harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus sehingga mempengaruhi keadaan umum ibu (Wiknjosasatro, 2002).
Kemungkinan penyakit lain yang menyertai harus dipikirkan dan berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan-kemungkinan hamil yang disertai penyakit (Manuaba, 1998).
4. Patofisiologis Hiperemesis Gravidarum
Perasaan mual akibat meningkatnya kadar estrogen. Pengaruh fsikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena oksidasi lemak tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidrosi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan O2 ke jarigan pula dengan timbulnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan (Wiknjosastro H, 2002:276-277).
5. Gejala Klinik Hiperemesis Gravidarum
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Hiperemesis Gravidarum tingkat pertama
1) Muntah berlangsung terus
2) Makan berkurang
3) Berat badan menurun
4) Kulit dehidrasi-tonusnya lemah
5) Nyeri di daerah epigastrum
6) Tekanan darah turun dan nadi meningkat
7) Lidah kering
8) Mata tampak cekung
b. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua
1) Penderita tampak lebih lemah
2) Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin menurun, lidah kering dan kotor
3) Tekanan darah turun dan nadi meningkat
4) Berat badan makin menurun
5) Mata ikterik
6) Gejala hemokonsentrasi makin tampak, urin berkurang, aseton dalam urin meningkat
7) Terjadinya ngangguan kesadaran, menjadi apatis
8) Nafas berbau aseton
c. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga
1) Muntah berkurang
2) Keadaan umum wanita hamil makin menurun, tekana darah turun, nadi meningkat, suhu naik, dan keadaan dehidrasi makin jelas
3) Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus
4) Gangguan kesadaran dalam bentuk samnolen sampai koma, komplikasi sususnan saraf pusat (ansefalopati wernicke) : nistagmus, perubahan arah bola mata, diplopia-gambar tampak ganda, perubahan mental (Manuaba IBG, 1998 : 210-211).
6. Penanganan
a. Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang ke-hamilan kepada ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut, juga tentang diet ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering, jangan tiba-tiba ber-diri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah. De-fekasi hendaknya diusahakan teratur. Pada kasus hiperemesis gravi-darum tingkat I dan II apabila tidak ditangani dengan baik potensial yang berlanjut pada hiperemesis gravidarum tingkat III. Dimana keadaan umum bertambah jelek, kesadaran lebih menurun menjadi koma, nadi menjadi lebih kecil, halus dan cepat, suhu badan lebih meningkat, tekanan darah bertambah turun, timbul dehidrasi berat dan ikterus (Mochta, R,1998, hal. 195-196) karena mual dan muntah me-rupakan salah satu faktor terjadinya hiperemisis sehingga diharapkan segera memeriksa diri.
C. Tinjauan Tentang Umur Ibu
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya yaitu umur repoduksi (Yunita, 2005).
Menurut Depkes (1996) umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan reproduksi wanita. Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan belum cukup dewasa untuk menjadi ibu sedangkan pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya telah mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan Wahidudin (2007) umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan Hiperemesis karena pada kehamilan diusia kurang 20 secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini (Ridwan dan Wahiduddin, 2007).
Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 tahun lebih di sebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Permasalahan dari segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan menekankan pentingnya usah usaha untuk melindungi anak- anak yang di lahirkan kemudian (www. Bkkbn . co. Id di akses 9 januari 2009).
Sedangkan Hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan stres pada ibu . Stres mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu mual dan muntah (Helen V, 2004).
D. Tinjauan Tentang Paritas
Paritas adalah frekuensi kehamilan dan persalinan yang pernah di alami oleh ibu dengan umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan berat janin mencapai 1000 gram termasuk kehamilan sekarang. Hiperemesis Gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil dan pad wanita dengan paritas tinggi seperti ibu yang sudah mengalami kehamilan yang ke empat, hal ini tidak terlepas oleh karena faktor psikologis yakni takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu bila ibu tersebut tidak sanggup lagi mengurus anak – anaknya, ini dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memper-berat mual dan muntah (Helen V, 2004).


E. Tinjauan Tentang Umur Kehamilan
Umur kehamilan adalah lamanya ibu hamil terhitung mulai dari hari per-tama haid terakhir yang di hitung dalam minggu yang tercantum dalam status ibu. Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya hormon estrogen oleh karena keluhan ini lebih sering terjadi pada trimester pertama dan berlanjut sampai trimester ke dua (Wiknjosostro, 2002). Mual dan muntah biasanya di mulai pada minggu 9- 10 puncaknya terjadi pada minggu 12- 14 dan biasanya berakhir pada minggu 12- 14, dan hanya 1- 10 % kehamilan kejadian Hiperemesis Gravidarum berlanjut sampai minggu 20- 22 (www. Emedecine. Com. Diakses tanggal 9 januari 2009).


BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
1. Umur Ibu
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan alat reproduksi. Dalam kurun repropduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan dan persalin adalah 20-35 tahun. Kehamilan dan persalinan dibawah umur 20 tahun dan diatas 35 tahun, merupakan kehamilan dan persalinan yang berisiko tinggi. Kehamilan diusia kurang 20 tahun secara biologis belum matang shingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya, sedangkan pada usia diatas 35 tahun, proses faal dalam tubuhnya sudah mengalami pengapuran sehingga mempengaruhi sirkulasi makan ke janin. Oleh karena itu dianjurkan seorang ibu jangan hamil sebelum umur 20 tahun dan di atas 35 tahun.
2. Paritas
Paritas adalah frekuensi kehamilan dan persalinan yang pernah di alami oleh ibu dengan umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan berat janin mencapai 1000 gram termasuk kehamilan sekarang. Hiperemesis Gra-vidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil dan pada wanita dengan paritas tinggi seperti ibu yang sudah mengalami ke-hamilan yang ke empat, hal ini tidak terlepas oleh karena faktor psikologis yakni takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu bila ibu tersebut tidak sanggup lagi mengurus anak – anaknya, ini dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah (Helen V, 2004).
3. Umur Kehamilan
Umur kehamilan adalah lamanya ibu hamil terhitung mulai dari hari pertama haid terakhir yang di hitung dalam minggu yang tercantum dalam status ibu. Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya hormon estrogen oleh karena keluhan ini lebih sering terjadi pada trimester pertama dan berlanjut sampai trimester ke dua (Wiknjosostro, 2002). Mual dan mun-tah biasanya di mulai pada minggu 9- 10 puncaknya terjadi pada minggu 12- 14 dan biasanya berakhir pada minggu 12- 14, dan hanya 1- 10 % kehamilan kejadian Hiperemesis Gravidarum berlanjut sampai minggu 20- 22 (www. Emedecine. Com. Diakses tanggal 9 januari 2009).

B. Kerangka Pikir



C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil sehingga pekerjaan sehari- hari dan keadaan umum menjadi ter-ganggu, dengan gejala mual dan muntah yang berlangsung terus-menerus, lemah, berat badan menurun yang di dapatkan pada kartu status ibu.
2. Umur Ibu
Yangi di maksud umur ibu dalam penelitian ini adalah waktu lamanya ibu hidup yang di hitung berdasarkan tanggal lahir sampai saat penelitian ini dilaksanakan sebagai mana yang tercantum dalam status ibu.
Dengan Penggolongan :
a. Umur < 20 tahun
b. Umur 20 – 35 tahun
c. Umur > 35 tahun
3. Paritas
Paritas adalah jumlah atau frekuensi persalinan yang pernah di alami re-sponden dengan berat badan bayi lebih dari 500 gram, dan umur kehami-lan dari 28 – 42 minggu, hidup atau mati sesuai yang tercantum dalam status ibu, yang diperoleh dengan cara mengisi kuesioner.
Dengan Penggolongan :
a. Paritas 1
b. Paritas 2 – 3
c. Paritas > 3

4. Umur Kehamilan
Umur kehamilan adalah lamanya ibu hamil terhitung mulai dari hari per-tama haid terakhir yang di hitung dalam minggu yang tercantum dalam status ibu
a. Trimester I : jika umur kehamilan 0 – 12 minggu.
b. Trimester II : jika umur kehamilan > 12 minggu – 24 minggu
c. Trimester III : jika umur kehamilan > 24 minggu – 42 minggu.





BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran Hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Rumah Sa-kit Angkatan Laut Jala Ammari Makasar Tahun 2009.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari Makassar dengan alasan karena kebanyakan ibu hamil ditinggal suami berlayar sehingga mereka pada saat hamil tidak didampingi suami mengakibatkan mereka mengalami psikis yang bisa menimbulkan mual dan muntah
2. Penelitian ini akan dilaksanakan pada juni- juli 2009.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang datang ke Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari Makassar sebanyak 70 orang.
2. Sampel
Semua ibu hamil yang menderita Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari Makassar sebanyak 38 orang. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling periode juni- juli 2009.
D. Pengumpulan Data
1. Data primer
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung ke responden dengan menggunakan kuesioner yaitu data tentang, umur ibu, paritas, dan umur kehamilan ibu.
2. Data sekunder
Pengambilan data dari instansi terkait yaitu Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari Makassar.
E. Pengolahan Data
Data diolah dengan menggunakan alat bantu komputer program Statisti-cal Package for Service Solution (SPSS).
F. Analisis Data
Data yang terkumpul dilakukan perhitungan jumlah persentase tiap variabel yang diteliti.
Dalam penelitian ini digunakan analisis univariat yaitu hanya menyajikan distribusi prekuensi dari tiap variabel.
G. Penyajian Data
Data yang sudah diolah disajikan dalam bentuk tabel yang dinarasikan.



BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juni sampai dengan Juli 2009 di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari. Jumlah responden seban-yak 38 orang, yang keseluruhan adalah ibu yang mengalami Hiperemesis Gra-vidarum. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada sejumlah tabel di bawah ini:
1. Tingkat Pendidikan
Tabel 1
Distribusi Pasien Menurut Tingkat Pendidikan
di RS. Angkatan Laut Jala Ammari
Tahun 2009

Pendidikan Frekuensi Persentase
SD
SMP
SMA
D3
S1 1
8
21
3
5 3
21
55
8
13
Total 38 100
Sumber : Data Primer
Tabel 1 menunjukkan tingkat pendidikan SD sebanyak 1 (3%), SMP 8 (21%), SMA 21 (55%), D3 3 (8%), dan S1 sebanyak 5 (13%).
2. Pekerjaan
Tabel 2
Distribusi Pasien Menurut Pekerjaan
di RS. Angkatan Laut Jala Ammari
Tahun 2009

Pekerjaan Frekuensi Persentase
IRT
PNS
Militer 21
14
3 55
37
8
Total 38 100
Sumber : Data Primer
Tabel 2 menunjukkan IRT sebanyak 21 (55%), PNS 14 (37%), dan militer sebanyak 3 (8%).
3. Kejadian Hiperemesis Gravidarum
Tabel 3
Distribusi Pasien Menurut Kejadian Hiperemesis Gravidarum
di RS. Angkatan Laut Jala Ammari
Tahun 2009

Kejadian Hiperemesis Gravidarum Frekuensi Persentase
Hiperemesis Gravidarum
Tidak Hiperemesis Gravidarum 38
32 54
46
Total 70 100
Sumber : Data Primer
Tabel 3 menunjukkan bahwa yang mengalami Hiperemesis Gravi-darum sebanyak 38 (54%), sedangkan yang tidak mengalami Hiperemesis Gravidarum sebanyak 32 (46%).
4. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Tabel 4
Distribusi Pasien Menurut Tingkat Hiperemesis Gravidarum
di RS. Angkatan Laut Jala Ammari
Tahun 2009

Tingkat Hiperemesis Gravidarum Frekuensi Persentase
I
II
III 26
12
0 68
32
0
Total 38 100
Sumber :Data Sekunder
Tabel 4 menunjukkan bahwa kasus Hiperemesis Gravidarum ter-banyak yaitu pada Hiperemesis tingkat 1 sebanyak 26 (68%), tingkat II senyak 12 (32%) dan tingkat III tidak terdapat kasus.
5. Hiperemesis Gravidarum Menurut Umur
Tabel 5
Distribusi Pasien Menurut Umur
di RS. Angkatan Laut Jala Ammari
Tahun 2009

Umur Frekuensi Persentase
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun 12
10
16 32
26
42
Total 38 100
Sumber : Data Primer
Tabel 5 menunjukkan bahwa yang mengalami hiperemesis gravida-rum pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 12 (32%) dan pada kelom-pok umur > 35 tahun sebanyak 16 (42%)yang secara medis merupakan umur dengan kelompok resiko tinggi, sedangkan pada umur dengan kelompok resiko rendah yaitu 20 – 35 tahun sebanyak 10 (26%).
6. Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Paritas
Tabel 6
Distribusi Pasien Hiperemesis Gravidarum Menurut Paritas
di RS. Angkatan Laut Jala Ammari
Tahun 2009

Paritas Frekuensi Persentase
1
2 – 3
> 3 19
11
8 50
29
21
Total 38 100
Sumber : Data Primer
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 38 orang yang mengalami hiperemesis gravidarum terbanyak pada kelompok paritas 1 yaitu 19 (50%) orang, sementara pada paritaas 2 – 3 ada 11 (29%) orang dan pada paritas > 3 ada 8 (21%) orang



7. Hiperemesis Gravidarum Menurut Umur Kehamilan
Table 7
Distribusi Pasien Berdasarkan Umur Kehamilan
di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari
Tahun 2009

Umur Kehamilan Frekuensi Persentase
Trimester I
Trimester II
Trimester III 25
13
0 66
34
0
Total 38 100
Sumber : Data Primer
Tabel 7 menunjukkan kasus hiperemesis gravidarum yaitu pada trimester I yaitu 25 (66%) kasus sedangkan trimester II yaitu 13 (34%) ka-sus dan pada trimester III tidak terapat kasus hiperemesis gravidarum.
B. Pembahasan
Hiperemesis Gravidarum secara umum adalah kondisi ketika muntah ter-jadi sangat hebat dan dapat mengarah pada kekurangan cairan tubuh dan kehi-langan berat badan.
Mual dan muntah merupakan hal yang wajar dan sering ditemukan dalam kehamilan terutama dalam trimester pertama namun biasa berlanjut ke trimes-ter kedua. Menurut penelitian Wiknjosastro H, 2002 bahwa 60% sampai 80% dari wanita yang pertama kali mengandung (primigravida) dan 40% sampai 60% dari wanita yang sudah pernah mengandung (multigravida) mengalami mual dan muntah.
Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehami-lan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur. Hiperemesis gravida-rum paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I namun biasa berlanjut pada trimester II, dengan penanganan yang baik Hiperemesis dapat teratasi dengan sangat memuaskan. Akan tetapi muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam ra-him. Pada tingkat yang lebih berat Hiperemesis dapat mengancam jiwa Ibu dan janin (Wknjosastro H. 2002)
Penelitian ini membahas mengenai gambaran kejadian Hiperemesis Gra-vidarum di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari Makassar. Setelah dila-kukan pengumpulan data dengan wawancara ke responden dengan mengguna-kan kuesioner maka kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu hamil diba-has sebagai berikut :
1. Kejadian Hiperemesis Gravidarum
Dari hasil penelitian di dapatkan dari 70 orang ibu hamil yang menderita Hiperemesis Gravidarum sebanyak 38 (54%) dan yang tidak mengalami sebanyak 32 (56%).
Ini sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa Hiperemesis Gravidarum banyak di temukan pada wanita hamil 60 – 80% dari wanita yang pertama kali hamil, dan 40 – 60% dari wanita yang sudah pernah mengandung.



2. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum
Dari tabel 4 diatas tampak bahwa sebagian besar penderita Hiperemesis Gravidarum pada tingkat I sebanyak 26 (68%), tingkat II se-banyak 12 (32%), dan tingkat III tidak terdapat kasus.
Dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kasus Hiperemesis Gravidarum banyak dialami ibu hamil hanya pada tingkat I karena belum mendapat penanganan dari tim medis, dengan memeriksakan kehamilan secara teratur dan mendapat penanganan yang baik dari tim medis maka Hiperemesis Gravidarum tidak akan berlanjut ke tingkat II bahkan ketingkat III.
3. Hiperemesis Gravidarum berdasarkan umur.
Dari hasil penelitian didapatkan gambaran umum tentang penyebab Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil berdasarkan umur ibu dengan re-siko tinggi(umur <20 tahun dan >35 tahun) jumlahnya 73,68 % lebih besar dibandingkan dengan resiko rendah (umur 20 tahun sampai 35 tahun) yaitu sebanyak 26,32 % .
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ibu yang terlalu mudah dimana secara fisikologis dan fungsional rahim seorang ibu belum matang sehingga belum sepenuhnya berfungsi secara optimal dan secara psikologis ibu belum siap untuk hamil dan menjadi orang tua.
Terjadinya Hiperemesis Gravidarum di bawa umur 20 tahun lebih di sebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi social dari calon ibu sehingga menimbulkan keraguan apakah dia sanggup memberikan cinta kasih serta perawatan dan asuhan pada anak yang akan di lahirkannya nanti, hal ini bisa mempenagaruhi emosi ibu se-hingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk member rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah.
Sebaiknya seorang wanita yang usianya semakin tua mengakibat-kan penurunan fungsi termasuk organ- organ reproduksi dan secara psiko-logis ibu merasa tidak sanggup lagi mengurus anaknya, factor inilah yang memicu mual dan muntah yang berlanjut menjadi Hiperemesis Gravida-rum.
Hiperemesis Gravidarum yang terjadi di atas umur 35 tahun juga tidak terlepas dari factor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu be-lum siap hamil lagi atau malah tidak menginginkan kehamilan lagi. se-hingga akan merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan stress pada ibu. Stress mempengaruhi Hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas dalam – dalam sehingga membuat Sfingter Esophagus bagian atas terbuka dan Sfingter bagian bawah Berelaksasi, inilah yang memicu mual dan muntah.
4. Hiperemesis Gravidarum berdasarkan paritas
Seperti halnya dengan umur paritas merupakan salah satu factor yang berperan terhadap tingginya kecenderungan terjadi hiperemesis gra-vidarum sebagai sal satu keadaan yang berakibat patologi bagi ibu dan janin yang dikandungnya.
Hasil penelitian ini didapatkan dari 38 ibu dengan hiperemesis gra-vidarum ditemukan pada paritas 1 dan ≥ 3 sebanyak 71, 05 % yang secara medis kelompok tersebut merupakan kelompok beresiko tinggi sedangkan pada resiko rendah yaitu paritas 2 - 3 ditemukan sebanyak 28,95 %
Hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil dan pada wanita dengan paritas tinggi seperti ibu yang sudah mempunyai 4 orang anak hal ini tidak terlepas oleh karena fac-tor psikologi yakni takut pada tanggung jawab sebagai ibu, dapat menye-babkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah (Helen V. 2004)
Pada wanita yang pertama kali hamil sering terjadi mual dan mun-tah karena belum siap secara mental menghadapi kehamilannya, belum siap menghadapi perubahan yang terjadi dalam dirinya seperti perubahan bentuk tubuh, buah dada membesar, munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas. Mual dan muntah pada ibu yang pertama kali hamil bisa terjadi karena takut dalam menghadapi kehamilan dan per-salinan dan takut terhadap tanggungjawab sebagai ibu.
5. Hiperemesis Gravidarum menurut umur kehamilan.
Berdasarkan umur kehamilan kasus hipermesis gravidarum terban-yak ditemukan pada penderita dengan umur kehamilan >12-24 minggu (trimester II) yaitu sebanyak 13 atau 34,22% dan pada umur kehamilan >24-42 minggu tidak ditemukan kasus
Hipermesis gravidarum paling banyak ditemukan pada penderita dengan umur kehamilan 0-12 minggu (trimester I) ini disebabkan karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Hal ini akan hilang dengan sendirinya sejalan dengan sendirinya sejalan dengan ibu da-pat memahami dan manerima perubahan yang dialami.



BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran kejadian Ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum berdasarkan umur, paritas dan umur kehamilan, maka sesuai hasil penelitian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hiperemesis Gravidarum lebih banyak terjadi pada Ibu umur 35 tahun yaitu 42%
2. Hiperemesis Gravidarum lebih banyak ditemukan pada paritas I yaitu 50%
3. Hiperemesis Gravidarum lebih banyak terjadi pada umur kehamilan 0–12 minggu (trimester I) yaitu 66% sedangkan pada umur kehamilan <12 sampai 24 minggu (trimester II) yaitu 34%.
B. Saran
1. Bagi pasangan yang menikah usia muda hendaknya merencanakan kehami-lan pada usia reproduksi sehat antara 20 – 30 tahun.
2. Ibu yang mempunyai paritas tinggi sebaiknya mengikuti program KB yang dianjurkan oleh pemerintah.
3. Ibu hamil dianjurkan untuk meningkatkan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali dimulai dari umur kehamilan muda.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

makasih buat contoh penelitian hiperemesis'a...

Anonim mengatakan...

tengkyu informasinya...
ijin copi bos...

Queen mengatakan...

tolong buat daftar pustakanya skalian donk :D

Anonim mengatakan...

makacii yya infonya :)
nie sangad membantu

Unknown mengatakan...

sangat sangat membantu (y)