Y a p m a

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR

Alamat Jl. Maccini Raya No. 197 Makassar(0411) 436068

Menerima Mahasiswa Baru T.A. 2016-2017
PROGRAM STUDI :
* KESEHATAN MASYARAKAT
* S1 KEPERAWATAN
* PROFESI NERS

FACEBOOK CENTER
Created by:Razak Facebook

Selasa, 08 Juni 2010

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “F” DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI RS. BHAYANGKARA MAKASSAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera menangis yang merangsang pernapasan. Denyut jantung akan menjadi stabil pada frekuensi 120 sampai 140 kali per menit. Akan tetapi, beberapa bayimengalami depresi saat dilahirkan, dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernapasan yang normal (Saifuddin, A..B,2006, Hal. 347). Keadaan ini disebut asfiksia.
Sekitar 24% bayi yang berumur kurang dari satu bulan meninggal karena asfiksia, walaupun angka kejadian ditingkat nasional berkisar 3%, asfiksia perlu penanganan yang benar agar tidak menimbulkan kecacatan bayi dan gangguan pada tumbuh kembangnya dikemudian hari. Resiko dari bayi yang mengalami asfiksia ringan dapat mengakibatkan gangguan bicara dan epilepsi. Sedangkan asfiksia berat dapat mengakibatkan kerusakann otak permanen dan mengganggu tumbuh kembang anak seperti tidak bias duduk, tidak bias merangkak, dan tidak bisa bicara (http://www.Cybertokoh, online, diakses tanggal 25 juni 2009)
Angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2008 di Negara-negara Asosiation Of South East Asia Nation (ASEAN) seperti Malaysia 8 per 1000 kelahiran hidup, Thailand 15 per 1000 kelahiran sedangkan Indonesia 356 per 1000 kelahiran hidup (http://www.Dep.Kes.co.id, online, diakses tanggal 25 juli 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan propinsi Sulawesi selatan tahunn 2008 tercatat jumlah kematian bayi 4,21 per 1000 kelahiran hidup dengan penyebab berat badan lahir rendah (BB LR) 260 orang (46,5%) asfiksia 185 orang (32,6%) tetanus neonatorum 9 orang (1,58%) dan penyebab lain 109 orang (19,2%). (Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Tahun 2008).
Data Rumah Sakit Bhayangkara Makassar bagian Medical Record pada tahun 2008 tercatat jumlah kelahiran bayi sebanyak 970 orang. Dari data tersebut mengalami asfiksia ringan sebanyak 91 ( 9,4%) orang dan sisanya bayi yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 879 (90,6%) orang.
Sehubungan dengan masih tingginya kejadian asfiksia yang ditemukan serta besarnya yang ditimbulkan sehingga penulis termotivasi untuk membahas lebih lanjut Karya Tulis Ilmiah dengan judul Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi “F” dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.

B. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi pada penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi “F” dengan Asfiksia ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.
C. Tujuan Penulisa
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Bayi “F” dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Tanggal 28 s.d 31 Juli 2009, dengan menggunakan proses menejemen Kebidanan sesuai dengan wewenang bidan
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada bayi “F” dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.
b. Merumuskan diagnosa dan masalah actual pada bayi “F” dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.
c. Merumuskan Diagnosa dan masalah potensial pada bayi “F” dengan Asfiksia Ringan di Rumah Bhayangkara Makassar tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.
d. Memberikan Diagnosa dan Masalah potensial pada bayi “F” dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi “F” dengtan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.
f. Melaksanakan tindakan asuhan pada bayi “F” dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.
g. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada bayi “F” dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.
h. Mendokumentasikan semua tindakan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada bayi “F” dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tanggal 28 s.d 31 Juli 2009.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat praktis
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Makassar.
2. Manfaat Ilmiah
Diharapkan Karya Tulis ini dapat memperluas pola piker dan ilmu pengetahuan serta sebagai bahan inspirasi peneliti selanjutnya.
3. Manfaat bagi Institusi
Sebagai bahan ajuan bagi institusi pendidikan dan tenaga bidan untuk penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya.
4. Manfaat bagi penulis
Merupakan pengalaman yang dapat menambah kemampuan, keterampilan, dan ilmu pengetahuan dalam penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Asfiksia Ringan.

E. Metode Penulisan
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan adalah
1. Studi kepustakaan
Mempelajari literature-literatur, mengumpulkan data dari internet yang berkaitan dan relevan dengan Asfiksia Ringan sebagai dasar teoritis yang digunakan pada pembahasan karya tulis.
2. Studi kasus
Dengan menggunakan metode pendekatan proses asuhan kebidanan yang meliputi : pengkajian dan analisa data, menetapkan diagnose atau masalah aktual dan potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan serta mendokumentasikan.
Untuk menghimpun data atau informasi dalam pengkajian menggunakan teknik :
a. Anamnese
Anamnese langsung dengan ibu, keluarga, bidan dan dokter diruang perawatan yang berhubungan dengan masalah klien.
b. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik lainnya secara sistemmatis pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan peninjang atau laboratorium.

3. Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan keadaan klien baik yang bersumber dari catatan perawaratan maupun dari sumber lain yang menunjang yaitu hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik lainnya.
4. Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan atau dokter yang menangani klien tersebut dan dosen pembimbing karya tulis ilmiah ini



F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan untuk penulisan karya tulis ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Ruang lingkup penulisan
1. Tujuan penulisan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
2. Manfaat penulisan
a. Manfaat praktis
b. Manfaat Ilmiah
c. Manfaat Institusi
d. Manfaat bagi Penulis
3. Metode Penulisan
a. Studi Kepustakaan
b. Studi Kasus
c. Studi Dokumentasi
d. Studi Diskusi
4. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
b. Perawaratan
2. Tinjauan Umum Tentang Asfiksia
a. Pengertian Asfiksia
b. Etiologi Asfiksia
c. Klasifikasi Asfiksia
d. Tanda dan Gejala Asfiksia
e. Diagnosa Asfiksia
f. Patofisiologi Asfiksia
g. Penatalaksanaan Asfiksia
3. Proses Manajemen Asuhan kebidanan
a. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
b. Tahap Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
c. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB III STUDI KASUS
A. Langkah I Pengumpulan Data
B. Langkah II Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
C. Langkah III Antisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
D. Langkah IV Tindakan Segera atau Kolaborasi
E. Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
F. Langkah VI Impementasi Asuhan Kebidanan
G. Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan
H. PendokumentasianAsuhan Kebidanan
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membandingkan antara teori dan fakta yang ada. Di bahas secara sistematis mulai dari pengumpulan data, identifikasi diagnose/masalah actual, antisipasi diagnose/masalah potensial, tindakan segera atau kolaborasi, rencana tindakan asuhan kebidanan, implementasi asuhan kebidanan dan evaluasi asuhan kebidanan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanUmum Tentang Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Bayi yang baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (varney, 2002. Hal. 247).
2. Perawatan
Hal ini ditunjuksn untuk merawat bayi baru lahir pada menit-menit pertama kehidupan :
a. Pertahankan kebersihan jalan nafas.
b. Menjaga bayi tetap hangat.
c. Memperlihatkan bayi pada orang tua dan tempatkan pada perut ibu.
d. Klem dan potong tali pusat.
e. Catat nilai apgar 1 dan 5 menit pertama.
f. Melakukan segera pemeriksaan menyeluruh pada bayi.
g. Semua bayi baru lahir dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 Mg/hari selama 3 hari.
h. Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
i. Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam mulai dari hari pertama.
j. Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
k. Mengukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik. (Saifuddin, A.B, dkk 2002. Hal 30

B. Tinjauan Umum Tentang Asfiksia
1. Pengertian
a. Asfiksia adalah keadaan bayi dimana bayi yang baru dilahirkan tidak menangis, tidak bernafas secara spontan dan teratur sehingga oksigenasi terganggu ke organ vital yakni otak yang menyebabkan hipoksia otak (http://www.cybertokoh, online, diakses tanggal 25 juli 2009).
b. Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur setelah lahir (Wiknjosastro,2005 Hal.157)
c. Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga menurunkan O2 dan makin meningkatnya CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan yang lebih lanjut (Manuaba I.B.G, 2004. Hal.118).\
2. Penyebab Asfiksia
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum yang terjadi karena pertukaran gas secara transfer O2 dari ibu ke janin- sehingga terjadi gangguan dalam persediaan O2 dalam menghilangkan CO2 (Wiknjosastro H, 2005. Hal. 710).
Asfiksia dapat terjadi selama masa kehamilan atau persalinan. Asfiksia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh :
a. Penyakit akut dan kronis
b. Keracunan obat bius
c. Uremia
d. Toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh :
1. Kekurangan O2, misalnya pada :
a) Partus lama
Merupakan persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi, pada partus lama kontraksi rahim yang terjadi lebih dari 24 jam dapat menyebabkan gangguan pertukaran CO2 dan O2 pada janin dan dapat menyebabkan Asfiksia ( Manuaba, 2004. Hal 292).
b) Lilitan tali pusat
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat pada leher sangat berbahaya, apalagi bila lilitan terjadi beberapa kali dapat diperkirakan bahwa semakin masuk kepala janin ke dasar panggul makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu aliran darah menuju dan dari janin (Manuaba, 2004. Hal.239).
c) Kehamilan lewat waktu
Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi 42 minggu belum terjadi persalinan. Pemarsalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sangggup memberi nutrisi dan pertukaran O2 dan CO2 sehingga janin mempunyai resiko Asfiksia (Manuaba, 2004. Hal. 222).
2. Faktor Ibu
a) Gangguan his
Tetani uteri adalah his yang terlalu kuat dan terlalu sering seahingga dapat terjadi hipoksia janin dan menyebabkan janin dan menyebabkan bayi lahir dengan asfiksia (Rustam Mochtar, 1998.Hal. 208).
b) Vakso kontraksi arterial
I. Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi sebelum hamil, disebut juga sebagai preeclampsia tidak murni. Prognosis pada janin juga kurang baik, karena adanya insufisiensi plasenta (Manuaba 2004. Hal. 273).
II. Pre-eklampsia merupakn penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, endema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah arterial menuju organ penting dalam tubuh yang dapat menimbulkan mengecilnya aliran darah menuju retro plasenter yang menimbulkan gangguan pertukaran nutrisi, CO2, dan O2 yang dapat menyebabkan asfiksia (Manuaba, 2004. Hal. 239-240).
3. Tanda dan Gejala Asfiksia
Gejala asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat, pernapasan cuping hidung, sianosis dan nadi cepat.
a. Sebelum lahir
1) Djj iregulerdan frekuensinya lebih dari 160 kali permenit atau kurang dari 100 kali permenit.
2) Mekonium dalam air ketuban.
b. Setelah lahir
1) Bayi tampak pucat dan kebirubiruan serta tidak dapat bernafas.
2) Kalau mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neorologik seperti kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik
(Mochtar R, 1998. 327).
4. Diagnosis Asfiksia
Untuk dapat menegakkan diagnosis gawat janin dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut.
1. Pada saat proses persalinan
a) DEnyut jantung janin itu antara 120- 160 x/menit.
b) Mungkin jumlah sama dengan normal tetapi tidak teratur.
c) Jumlah menurun dibawa 100 x/menit apalagi di sertai irama yang tidak teratur.
d) Terdapat mekonium dalam air ketuban.
2. Melakukan penelitian asfiksia pada bayi baru lahir
Salah satu cara lain yang lebih sederhana untuk menilai asfiksia pada bayi baru lahir yaitu seperti pada table di bawah ini :
Table 1. Penilaian Asfiksia.
Nilai /yang Dinilai 0 1 2
Pernapasan
Frekuensi jantung
Warna kulit Tidak ada
Tidak ada
Biru Lemah, tidak teratur.
≤ 100 x/menit
Badan, merah,
ekstermitas biru. Baik/meringis.
> 100 x/ menit.
Seluruh tubuh kemerahan.
Sumber : depkes RI, Pelayanan Kesehatan Neo Natal Esensial, 1999
Nilai APGAR tidak di pakai unruk menentukan kapan kita menilai resusitasi atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi.
( wiknjosastro H. 2005, Hal711 )
5. Klasifikasi Klinis
Asfiksia terbagi atas :
a. Asfiksia berat (0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian O2 terkendali.
b. Asfiksia ringan-sedang (4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian O2 sampai bayi dapat bernafas normal kembali.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (7-9)
d. Bayi normal (10)
(http://www.dkk-bpp, online diakses tanggal 26 juli 2009)
6. Patofisiologi Asfiksia.
Selam kehidupan intra uterin paru- paru kurang memegang peranan dalam fungsi pertukaran gas karena pemberian O2 dan pengeluaran CO2 dilakukan oleh plasenta, karena O2 diberikan kepada janin melalui plasenta maka paru-paru tidak berisi udarah, alveoli janin berisi cairan yang dibentuk didalam paru-paru itu sendiri.
Paru-paru janin yang terisi cairan tidak dapat dipakai untuk pernapasan juga peredaran darah lewat paru-paru janin sangat rendah dibandingkan dengan peredaran darah yang diperlukan sesudah kelahiran. Ini adalah akibat dari terjadinya kontraksi pembuluh darah arterioli di dalam paru-paru janin, kebanyakan dari aliran darah janin dialirkan dari paru-paru melalui duktus atreriosis.
Pada bayi-bayi narmal, segerah sesudah lahir paru-paru berkembang sambil terisi udara, cairan paru-paru janin berangsur-angsur keluar dari alveoli, pada saat yang sama paru-paru mulai berkembanga dan cairan paru-paru mulai dikeluarkan, arterioli di paru-paru mulai membuka yang menyebabkan peningkatan aliran masuk ke dalam jaringan paru-paru, duktus arteriosus mulai menciut bersama –sama dengan menimgkatnya kadar oksigen dalam darah. Aliran darah yang sebelumnya melewati duktus arteriotus sekarang dialirkan melalui paru-paru dimana O2 akan diambil untuk dibawah kejaringan di seluruh tubuh, duktus arteriosus akan tetapi menciut dan sirkulasi darah yang normal untuk kehidupan eksrta uteri mulai bekerja.
Pada bayi asfiksia, pada waktu lahir paru-paru tidak berkembang sehingga menggunakan pengeluaran cairan paru-paru akibatnya bayi takpak apnu atau menunjukkan upaya pernapasan yang lemah. Selain itu peredaran darah di paru-paru bayi normal meningkat tapi pada bayi asfiksia peredaran darahnya menurun. Sering dinyatakan dengan vaso kontraksi paru-paru sehingga pembuluh darah tetap tertutup, sehingga duktus arteriosus tetap terbuka untuk mempertahankan aliran tubuh bayi, sehingga seorang bayi yang mengalami asfiksia menunjukkan hipoksia (kadar oksigen darah yang rendah) dan asidosis atau penurunan pH darah (Resusitasi Neonatus, 2000. Hal.463).
7.Penatalaksanaan resusitasi
Untuk mendapatkan hasil yang sempurnah dalam resusitasi, prinsip dasar yang perlu dinginkan adalah :
a. Mencegah kehilangan napas dan mengiringkan tubuh bayi
b. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar :
Bayi diletakkan terlentang diatas alas yang benar, kemudian kepala lurus dan leher sedikit tengada (ekstensi).


c. Membersihkan jalan napas :
Kepala bayi yang dimiringkan agar cairan berkumpul dimulut kemudian mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan tujuan agar cairan tidak teraspirasi dan hisapan pada hidung akan menimbulkan pernapasan megap-megap.
d. Menilai bayi
Penilaian bayi dilakukan berdasarkan 3 gejelah yang sangat penting bagi kelanjutan hidup bayi :
1) Usah pernapasan
Apabila bayi bernapas spontan dan memadai, lanjutkan dengan menilai frekuensi jantung. Dan bila bayi sukar bernapas dilakukan rangsangan taktil dengan menepuk-nepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau menggosok-gosok punggung bayi sambil memberikan oksogen. Setelah beberapa detik tidak terjadi reaksi atas rangsangan taktil mulailah pemberian VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
Urutan langka berikut adalah langkah bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai alat sungkup dan balon resusitasi. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak mempunyai alat tersebut Puskesmas atau Bidan, dapat melakukan resusitasi dengan alat sungkup atau tabung.
a) Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.
b) Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan ventilasi) dan tekana ventilasi harus sesuai.
c) Kecepatan Ventilasi
Kecepatan venrulasi sebaiknya 40-49 kali permenit.
d) Tekanan Ventilasi
Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut. Nafas pertama setelah lahir, membutuhkan 30-48 cm H2O. Setelah napas pertama, membutuhkan 15-20 cm H2O. Bayi dengan kondisi penyakit paru-paru berakitat turunnya Compliance membutuhkan 20-40 cm H2O. Tekanan ventilasi hanya dapat diatur apabila digunakan balon yang mempunyai pengukuran tekanan.
e) Observasi gerakan dada bayi
Adanya gerakan dada pada bayi turun naik merupakan bukti bahwa sungkup terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti menarik nafas panjang menunjukkan paru-paru terlalu mengembang, yang berarti tekanan yang diberiakan terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan Pneumotoraks.
f) Observasi gerak perut bayi
Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif. Gerakan perut mungkin disebabkan masuknya udah kedalam lambung.
g) Penilaian suatu nafas bilateral
Suatu nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas dikedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar.
h) Observasi pengembangan dada bayi.
Apabila dada terlalu berkembang kurangi tekanan dengan mengurangi meremas balon. Apabila dada kurang berkembang mungkin disebabkan oleh salah satu penyebab berikut :
(1) Pelekatan sungkap kurang sempurna
(2) Arus udara terhambat
(3) Tidak cukup tekanan
2) Frekuensi denyut jantung
Setelah menilai usaha bernapas dan melakukan tindakan yang diperlukan, tanpa memperhatikan pernapasan apakah spontan, normal, atau tidak, segetah lalukan penilaian frekuensi dengan jantung bayi. Bila frekuensi denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, walaupun bayi bernapas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP. Bila detak jantung tidak dapat dideteksi, epinefrim harus segera diberikan pada sast yang sama VTP dan kompresi dada dimulai
3) Warnah kulit
Penilaian warnah kulit dilakukan apabila bayi bernapas spontan dan frekuensi denyut jantung bayi lebih dari 100 kali per menit.
Tindakan –tindakan yang dilakukan pada bayi dibagi dalam 2 golongan :
a. Tindakan umum
Tindakan ini dikerjakan tanpa menilai nilai apgar, segera setelah bayi lahir diusahakan agar beyi mendapatkan pernapasan yang baik, harus dicegah dan dikurangi kehilangan nafas dari tubuhnya. Penggunana sinar lampu untuk pernapasan luar dan untuk mengeringkan tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan penghisapan seluruh pernapasan bagian atas segerah dilakukan. Hal ini harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindarkan timbulnya kerusakan-kerusakan mukosa jalan nafas, sparmus laring atau kolaps paru-paru. Apbila perlu, bayi dilarang dengan memukul telapak kaki atau memijat tendo Achilles, atau pada bayi-bayi tertentu diberi suntikan vitamin K (Wilnjosastro H, 2005,Hal 712).
b. Tindakan khasus
Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil, prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timblul pada bayi yang dinyatakan oleh tinggi rendahnya nilai apgar.
(1) Asfiksia berat nilai apgar (0-3)
Tindakan pada bayi dengan asfiksia berat :
(a) Menerima bayi dengan kain hangat.
(b) Letak bayi pada meja resusitasi.
(c) Bersihkan jalan nafas sambil memompa jalan nafas denagan penlon (Ambubag)
(d) Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
(e) Bila tidak berhasil biasanya dipasang ETT (Endo Tracheal Tubel).
(f) Bersihkan jalan nafas melalui lubang ETT.
(g) Bila bayi bernafas tetepi bayi masi sianosis/biru biasanya diberikan terapi natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc, dekstrose 40% sebanyak 4cc.
(h) Bila asfiksia berkelanjutan bayi masuk NICU (Neonatus Intensif Careng Unik) dan infuse terlebih dahulu.
Apabila setelah 15-30 detik bayi tidak bernafas spontan dan denyut jantung kurang dari 60 kali per menit atau 60-80 kali per menit dan tidak bertambah dilakukan kompresi dada. Apabila denyut jantung kurang dari 80 kali per menit mulai pemberian obat (Wiknjasastro H,2005,Hal 713).
(2) Asfiksia ringan –sedang (Nilai apgar 4-6)
Tindakan pada asfiksia ringan-sedang :
(a) Bayi dibungkus gengan kain lalu dibawah ke meja resusitasi.
(b) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lender pada hidung kemudian disekitar mulut.
(c) Bila berhasil teruskan dengan perawatan selanjutnya yaitu menbersihkan badan bayi, perawatan tali pusat dab lainnya.
(d) Observasi suhu tubuh untuk sementara waktu masukkan bayi kedalam incubator.
C.Tinjauan Umum Tentang Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajenen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmia, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatun keputusan yang terfokus pada klien.(Hj.Salma, 2006, hal 155).
2.Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan (Hj.Salma,2006,hal 155)
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Proses manajemen kebidanan terdiri dari langka-langka berikut :
a. Langkah 1 (Tahap Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengam kondisi klien.
Data yang diperoleh dalam kasus ini :
1) Anamnesa
a. Bayi “ F “ lahir matur / aterm
b. Bayi tdk segera menangis
c. Kulit bayi berwarna merah ekstremitas biru
d. Frekuensi jantung lemah
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital :
a. Pernafasan : 34x / menit (N : 30-60 x / menit)
b. Suhu Badan : 36.6 °C (N : 36.5 – 37.2 °C)
c. Frekuensi Jantung : 110 x / menit (N : 100 – 120 x / menit)
3) Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
d. Perkusi
4) Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Catatan terbaru dan sebelumnya
Tahapan ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah sebagai spesifik.
c. Langkah III (Identifikasi diagnose atau masalah potensial)
Langkah III merupakan langka ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Pada langka ke-3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis.
d. Langkah IV (Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera)
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatab lain berdasarkan kondisi klien.
Langkah ke-4 menceritakan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen bukan hanya selama hasuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetepi juga selama wanita tersebut dalam persalinan.
e. Langkah v (Penyusunan Rencana Asuhan Menyeluruh)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisifasi.
Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
f. Langkah VI (Pelaksanan Asuhan)
Pada langkah ini dilakukan pelaksanan asuhan langsung secara efesien dan aman. Pada langkah ke-6 ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Mengevaluasi)
Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasikan.(Hj.Salma,2006,hal 157).
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dalam bentuk SOAP (Hj.Salma,20006,hal 172)
A. S (subjektif), menggambarkan pendokunentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney yang diperoleh dari hasil tanya jawaban pada jawaban klien dan keluarga.
B. O (Objektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil labolatarium dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai manah Langka 1Varney.
C. A (Assesment), menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosis/masalah
2. Antisipasi diagnosis/masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi atau rujukan sebagai langkah 2,3 dan 4 Varney
D. P (Planning), menggambarkan pendokumentasia dan tindakan (I) dan evaluasi perencanaan (E)berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,dan 7 Varney.
Table.2. Manejemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney
Alur Pikir bidan Pencacatan dari Asuhan Kebidanan




7 langkah Varney 5 Langkah
(kompetensi Bidan)
Data Data
Masalah/Diagnosa Assement/
diagnosa
Antisipasi Masalah
Potensial/Diagnosa lain
Menetapkan kebutuhan
Segera untuk konsultasi,
Kolaborasi
Perencanaan Perencanaan
Implementasi Implementasi
Evaluasi Evaluasi
Catatan soap
Subjektif
Obtektif
Pengkajian /Diagnosa
Rencana :
- Konsul
- Tes diagnose
- Tes diagnostic/lab
- Rujukan
- Pendidikan
- Konseling.
- Tindak lanjut


Sumber : salmah, Hj. Asuhan kebidanan Antenantal. 2006

BAB III
STUDI KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI ”F”
DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 28 S.D 31 JULI 2008

No. Register : 038727
Tgl. Lahir / Jam : 28 – 07 – 2008 Jam 12.20 wita
Tgl. Pengkajian : 28 – 07 – 2008 jam 12.20 wita
A. Langkah 1. Pengumpulan Data
1. Identitas Bayi
a. Nama : BY “ F “
b. Tempat, Tgl, Lahir, Jam : Makassar 28-07-2009 jam 12.20 wita
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Anak Ke : II
f. Alamat : Jl.Kumala Lrg 04 No.02C
2. Identitas Orang Tua (Ibu/Ayah)
a. Nama : NY “F “ / TN” A “
b. Umur : 26 Thn / 28 Thn
c. Suku : Makassar / Makassar
d. Agama :Islam / Islam
e. Pendidikan : SMA /SMA
f. Pekerjaan : IRT / Polisi
g. Lamanya menikah : 4 Thn
h. Alamat : Jl.Kumala Lrg 04 No.02C
3. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
A. Riwat Kehamilan
1. GII P1 AO
2. HPTH Tanggal 15 – 10 – 2008
3. HTP Tanggal 22 – 07 – 2009
4. Lama Kehamilan 41 minggu 5 hari
5. ANC sebanyak 5 kali selama masa kehamilan
6. Imunisasi TT sebanyak 2 kali
B. Riwayat persalinan
1. Perlangsungan kala 1 dua jam sepuluh menit.
2. Perlangsungan kala ll satu jam 10 menit.
3. Bayi lahir dengan lilitan tali pusat dileher 2x dileher
4. Bayi lahir per vaginam
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan khusus
1. Bayi lahir tanggal 28-07-2009.
2. Bayi tidak segerah menangis, pernapasan lemah tidak teratur.
3. Seluruh badan merah ekstremitas biru.
4. Frekuensi jantung belum teratur.



Tanda 0 1 2 Angka
A: Apearence
Color (warna kulit)



P: pulse (heart date) (frekuensi jantung)

G : Grimace (reaksi terhadap rangsangan)

A : Activity (tonus otot)


R : Respiration
(usaha nafas ) Pucat




Tidak ada


Tidak ada


Lumpuh



Tidak ada Badan merah, ekstremitas biru



Di bawah 100



Sedikit gerakan mimic


Ekstemitas dalam fleksi sedikit

Lemah tidak teratur
Seluruh tubuh kemerah – merahan



Di atas 100



Menangis, batuk / bersin


Gerakan aktif



Menangis kuat 1




2



1



1



1
2




2



1



1



2
Jumlah 6 8
Pemeriksaan umum dilakukan setelah asfiksia teratasi.
B. Pemeriksaan fisik
1. TTV : SB :36.6 °C (N : 36.5 °C – 37.2 °C)
P : 40 x/menit (N : 30-60 x/menit)
Frekuensi jantung : 110x/menit (N: 100-120 x/menit)
Warna kulit : Kemerah-merahan
2. BB : 2800gram
PB : 49 cm
3. Kepala :
a. Rambut tipis
b. Sutura merapat
c. Lingkar kepala : 34,4 cm (34cm)
d. Caput suksedeneum (-)
e. Cevalematom (-)
4. Telinga ;
a. Simetris kiri-kanan
b. Daun telinga sejajar dengan garis khayal dari kedua mata
c. Tidak ada nyeri tekan
5. Mata :
a. Kunjung tifa tidak pucat
b. Sclera tidak kuning
6. Hidung :
Simitris kiri dan kanan
7. Mulu dan bibir
a. Banyak terdapat lender
b. Biber Nampak kering dan pucak
8. Leher :
Tidak ada nyeri tekan
9. Dada :
a. lingkar dada 35 cm (N : 30 – 38 cm)
b. Puting susu terbentuk
10. Bahu, lengan dan tangan :
a. Lila 9 cm (N : 8 – 10 cm)
b. Jumlah jari tangan lengkap

11. Perut
Tali pusat bayi sudah terbungkus
12. Tungkai dan kaki
a. Kaki simetris kiri kanan
b. Jumlah jari kaki lengkap
13. Anus/ genitalia :
a. Pada anus tidak ada kelainan
b. Testis dalam skrotum dan penis berlubang
5. Data sosial
a. Biaya perawatan ditanggung oleh Tn” A “ sebagai ayah bayi.
b. Yang terdekat dengan bayi saat sekarang adalah petugas kesehatan dan keluarga.
6. Data Spiritual
Keluarga dan petugas kesehatan selalau mendoakan agar bayinya lekas sembuh.

B. Langkah II. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa : Bayi baru lahir aterm dengan asfiksia ringan
Data dasar : 2
1. D . S
2. D . O
a. Bayi lahir tanggal 28-07-2009 jam 12:20 wita.
b. bayi lahir per vagina dengan lilitan tali pusat .
c. Bayi tidak segera menangais, pernapasan lemah tidak teratur (25 kali/menit)
d. Seluruh tubuh berwarnah merah ekstrimitas biru.
e. Frekuensi jantung lemah atau tidak teratur (70 kali/menit).
3. Analisa dan Interpretasi Data :
a. Partus matur / aterm bila umur kehamilannya 34-42 minggu dari tanggal HPHT 14-08-2007 sampai tanggal 20-05-2008 adalah 40 minggu 6 hari (Mochtar Rustam, 1998. Hal 184).
b. Bayi lahir tidak segerah menangis atau safiksia terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu kejanin sehingga terjadi gangguan dalam persedian O2 dan dalam menghilangkan CO2 (Wiknjosastro Hanifa, 2005.hal 709).
c. Kulit bayi berwarnah merah ektremitas biru dan frekuensi jantung lemah menandakan bahwa bayi mengalami asfiksia ringan (Winjosastro Hanifa, 2005.hal 712)

C. Langkah III. Merumuskan Diagnosa / Masalah Patensial
Potensial terjadi asfiksia sedang
Data dasar :
1. D.S :
2. D.O:
a. Bayi lahir tanggal 28-07-2009 jam 12:20 wita.
b. Bayi tedak segerah menangis pada saat lahih, pernafasan leham tidak teratur (25 kali/menit).
c. Seluruh tubuh berwarnah merah ektremitas biru.
d. Frekuensi jantung lemah atau belum teratur (70x/menit).
3. Analisa dan Interpresi Data :
Bayi baru lahir tidak segerah menangis terjadi karena pertukaran gas serta transport O2 dari ibu kejanin sehingga gangguan dalam persedian O2 dan dalam menghilangkan CO2. Dan apabila asfiksia ringan tidak tertanganin secara cepat maka dapat mengakibatkan asfiksia sedang (Mochtar R, hal 346).
D. Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segerah / Kolahborasi
1. Mengeringkan tubuh bayi
Rasional :Pada bayi baru lahiar penyesuaian suhu diluar kandungan sangat diperlukan pengawasan, sehingga tidak terjadi kehilangan nafas pada bayi, yang akan mengakibatkan hipotermi.
2. Membungkus tubuh bayi
Rasional : Mencega terjadinya hipotermi
E. Langkah V. Rencanah Asuhan Kebidanan
1. Tujuan : Asfiksia ringan teratasi
2. Kriteria :
a. Warnah kulit kemerah-merahan
b. Frekuensi jantung sudah teratur yaitu 110x/menit.
c. Bayi menangis dan dapat bernapas secara spontan.
3. Tindakan Asuhan Kebidanan
a. Keringkan tubuh bayi, ganti kain yang basah dengan kain yang kering dan bersihkan kemudian bungkus tubuh bayi.
Rasional : Pada bayi baru lahir penyesuaian suhu diluar kandunga sangat diperlukan pengawasan, yang akan mengakibatkan hipotermi.
b. Atur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi dan bersihkan mulut hingga hidung.
Rasional : Agar cairan tidak teraspirasi dengan isapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap (gasping).
c. Lakukan rangsangan taktil
Rasional : Dengan rangsangan taktil biasanya bayi dapat segerah menangis.
d. Nilai usah bernafas, warnah kulit dan frekuensi denyut jantung.
Rasional : Untuk mengetahui kondisi bayi.
e. Perawatan tali pusat dilakukan setelah safiksia teratasi.
Rasional : Untuk mencega terjadinya infeksi.

F. Langkah VI. Melaksanakan Asuhan Kebidanan
Diagnosa : Bayi baru lahiar aterm
Masalah Aktual : Asfiksia ringan
Masalah potensial : Asfiksia sedang
Tanggal 28-07-2009 jam 12:20 wita
1. Mengeringkan tubuh bayi dengan mengganti selimut bayi yang basah dengan selimut yang kering dan bersih.
2. Membungkus tubuh bayi.
3. Mengatur posisi kepala bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi kemudian mengisap lender mulai dari hidung hingga mulut.
4. Menilai usaha bernafas, warnah kulit dan frekuensi jantung. Hasil, bayi menangis kuat, warnah kulit kemerah-merahan dan frekuensi denyut jantung teratur.
5. Merawat tali pusat
Perawatan : Mengoleskan larutan bethadinepada ujung luka tali pusat kemudian bungkus dengan kain kasa steril.
G. Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Diagnosa : Bayi baru lahir aterm
Masalah actual : Asfiksia ringan
Masalah potensial : Asfiksia sedang
Tanggal 28-07-2009 jam 12:20 wita
1. Asfiksia ringan teratasi, dengan kriteria :
a. Bayi menangis dan dapat bernafas secara spontan (34kali/menit).
b. Seluruh tubuh kemerah-merahan.
c. Frekuensi denyut jantung teratur (110kali/menit).
2. Asfiksia sedang tidak terjadi.









CATATAN PERKEMBANGAN SOAP
No Tanggal subjektif objektif asesment plannig
1.

28/07/09 HPHT: Tanggal 15-10-2008
HTP : Tanggal 22-07-2009
a. Bayi lahir tanggal 28-07- 2009 jam 12:20 wita
b. Bayi tidak segerah menangis pernapasan lemah dan tidak teratur (25kali/menit)
c. Seluruh tubuh berwarnah merah ekstremitas biru.
d. Frekuensi jantung masih lemah dan belum teratur (70kali/menit).
Bayi baru lahir aterm
a. Masalah aktual :Asfiksia ringan
b. Masalah potensial : Asfiksia sedang, dan infeksi tali pusat
Tanggal 28-07-2009 12:20 wita
1. Mengeringkan pakaian bayi dengan mengganti selimut bayi yang basah dengan selimut yang kering dan bersih kemudian membungkus tubuh bayi.

2. Mengatur posisi kepala bayi dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki sedikit ekstensi kemudian mengisap lender dari mulut sampai hidung.

3. Melakukan rangsangan taktil.

4. Menilai usaha bernapas, warnah kulit dan frekuensi denyut jantung.

5. Merwat tali pusat.







CATATAN PERKEMBANGAN SOAP

No. Tanggal subjektif Objektif Asesment Planning
1
29/07/09 - 1. HTP : Tanggal 22-07-2009

2. Bayi lahir tanggal 28-07-2009 jam 12:20 wita

3. Bayi menangis dan dapat bernafas secara spontan (34kali/menit).

4. Kulit bayi kemerah-merahan.

5. Frekuensi jantung sudah teratur (110kali/menit).
Bayi baru lahir aterm masalah aktual asfiksia ringan, masalah potensial asfiksia ringan, dan infeksi tali pusat.
Tanggal 29-07-2009 jam 08:00 wita
1. Membungkus tubuh dengan baik.

2. Menilai usaha bernafas, warnah kulit dan frekuiensi denyut jantung.

3. merawat tali pusat.

4. Memberikan vitamin K 1 ml secara IM




CATATAN PERKEMBANGAN SOAP

No. Tanggal subjektif Objektif Asesment Planning
1.
30/07/09 - 1. Bayi lahir tanggal 28-07-2009 jam 12:20 wita

2. Berat badan lahir 2800 gram.

3. Panjang badan lahir 49 cm.

4. Refleks mengisap baik.

5. Frekuensi jantung 110 kali/menit.

6. Refleks menelan baik.

7. Suhu badan 36,7

8. Pernapasan 24 kali/menit.
Bayi baru lahir aterem, asfiksia teratasi potensial infeksi tali pusat.
Tanggal 30-07-2009 jam 08:00 wita
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dan menjaga agar tetap terbungkus.

2. Menimbang berat badan setiap hari.

3. Mendekatkan bayi pada ibunya untuk disusui.

4. Mengoserfasi tanda-tanda vital.














CATATAN PERKEMBANGAN SOAP

No. Tanggal Subjektif Objektif Asesment Planning
1.
31/07/09 - 1. Bayi lahir tanggal 28-07-2009 jam 12:20 wita

2. Berat badan lahir 2800 gram

3. Panjang badan lahir 49 cm

4. Refleks mengisap baik.

5. Frekuensi jantung 110 kali/menit.

6. Refleks menelan baik.

7. Suhu badan 36,7

8. Pernafasan 24 kali/manit.
Bayi baru lahir aterm, asfiksia teratasi potensial infeksi tali pusat.
Tanggal 31-07-2009 jam 80:00 wita.
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dan menjaga agar tetap dibungkus.

2. Menimbang berat badan setiap hari.

3. Mendekatkan bayi pada ibunya untuk disusui.

4. Mengobservasi tanda-tanda vital.


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan antara tijauan kasus pada bayi “ F “ dengan Asfiksia Ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dengan teori tentang penganana asfiksia ringan.
Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu mengumpulkan data dasar, merumuskan diagnose/masalah aktual, memutuskan diagnose/masalah potensial, melaksanakan tindakan segerah dan kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan tindakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan kebidanan.
A. Pengumpulan Data
Tahap pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamneses yang meliputih identitas bayi dan ibu, data biologis/fisiologis riwayat kehamilan, persalinan sekarng dan pemeriksaan fisik yang berpedoman pada format pengkajian yang tersedia, namun tidak menutup kemungkinan untuk menambahkan data-data lain yang ditemukan jika dibutuhkan.
Asfiksia dalam tijauan pustaka adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segerah bernafas secara spontan dan teratur setelah lahier.Asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu kejanin sehingga terjadi gangguan dalam persalinan O2 dan dalam menghilangka CO2.Data yang diperoleh pada kasus bayi “ F “yaitu asfiksia ringan dengan melihat data yang diperoleh maka tidak terdapat perbedaan tinjauan fustaka dengan kasus nyata pada bayi” “ dengan safiksia ringan.
Pada tahap pengkajian ini, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena adanya sikap kooperatif dari keluarga bayi “ F “ yang dapat menerima kehadiran penulis saat mengumpul data sampai tindakan yang diberikan serta mau menerima anjuran serta saran yang di berikan oleh bidan.
B. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Asfiksia dalam tinjauan pustaka adalah keadaan dimanh bayi tidak dapat segerh bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Sedangkan pada tinjauan kasus bayi “ F “ ditemukan tidak segerah menangis, gerakan atau tonus otot tidak aktif dan warnah kulit merah, ekstremitas biru sehingga di tegakkan diagnosa asfiksia ringan bayi lahir aterm.
Demikian penerapan tinjauan pustaka dan tinjauan studi kasus pada bayi “ F “ secara garis beras tampak adanya persamaam dalam diagnosa aktual yang ditegakkan sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya.
C. Merumuskan Diagnosa /Masalah Potensial
Pada tinjauan pustaka manajemen asuhan kebidanan mengidentifikasikan adanya masalah potensial yang mungkin terjadi pada bayi “ F “ berdasarkan pengumpulan data, pengamatan yang cermat dan observasi serta dievaluasi jika kondisi yang tidak normal yang apabila tidak mendapat penanganan segerah dapat membawah dampak yang lebih berbahaya sehingga mengancam bayi “ F “, dari tinjauan pustaka asfiksia ringan jika tidak ditangani segerah dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia sedang, dan infeksi tali pusat.

D. Mengidentifikasikan Perlunya Tindakan segera / Kolaborasi
Pada tinjauan manajemen asuhan kebidanan, tindakan yang harus dilakukan oleh bidan sesuai wewenangnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi asfiksia berat, hipotermi dan infeksi tali pusat. Bidan dapat berkomunikasi/kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kondisi bayi “ F “. Berdasarkan tijauan pustaka tindakan segerah dilakukan apabila klien menunjukan asfiksia, keadaan tersebut ditemukan sehingga bayi “ F “ diperlukan tindakan segerah.
Dengan demikian adanya kesamaan tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus dilahan praktek dan ini berarti tidak ada kesenjangan.
E. Rencana Asuhan Kebidanan
Pada tinjauan manajemen asuhan kebidana suatu rencana tindakan yang termasuk indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap keluarga klien dan rencana tindakan harus di setujui oleh keluarga klien, semua tindaka harus berdasarkan rasional yang releven dan diakui kebenarannya, situasi dan kodisi harus secara otomatis.
Pada bayi “ F “ dengan asfiksia ringan penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarka doagnosa/masalah aktual dan potensial sebagai berikut : masalah aktual, masalaah potensial (asfiksia sedang dan infeksi tali pusat), rencana tindakannya terdiri keringkan tubuh bayi, ganti kain yang basah dengan yang kering dan bersih kemudian membungkus tubuh bayi, atur posisi bayi dengan kepala sedikit ekstensi dan bersihkan mulut hingga hidung, nilai usaha bernapas, warnah kulit dan frekuensi jantung.
Dalam tinjauan pustaka dikatakan bahwah asfiksia ringan tindakan yang harus segerah diberikan adalah mengeringkan tubuh bayi dan membungkusnya, mengatur posisi bayi kemudian membersihkan mulut hingga hidung. Hal in menunjukkan bahwa ada kesamaan antara tijauan pustaka dan tijauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus dilahan praktek.
F. Melaksanakan Asuhan Kebidanan
Sesuai tinjauan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan rencana tindakan harus efisiensi dan menjamin rasa aman bagi klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruan oleh bidan serta bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.
Pada studi kasus bayi “ F “ dengan asfiksia ringan semua tindakan yang telah direncanakan sudah dilaksanakan seluruhnya dengan baik, tanpa hambatan karena kerjasama dan penerimaan yang baik dari keluarga klien dan petugas kesehatan yang ada diruang bayi.
G. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan
Pada tinjauan manajenen asuhan kebidanan evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan. Mengevaluasi pencapaian dengan kriteria yang diidentifikasikan, memutuskan apakah tujua telah tercapai atau belum tercapai.
Pada tijauan pustaka evaluasi yang telah ditunjuhkan adalah menilai usaha bernafas, frekuensi denyut jantung dan warnah kulit. Berdasarkan studi kasus bayi “ F “dengan asfiksia ringan tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dalam evaluasi dengan criteria warnah kulit kemerah-merahan, frekuensi jantung sudah teratur yaitu 110 kali/menit dan bayi menangis serta dapat bernafas secara spontan sesuai tinjauan pustaka, oleh karena itu bilah dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasusu bayi “ F “secara garis besar tidak di temukan kesenjangan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek melalui stidi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada bayi “ F “ dengan asfiksia ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. pada bayi “ F “ diagnosa/masalah aktual dan potensial adalah bayi baru lahir aterm dengan asfiksia ringan dan potensial terjadi asfiksia sedang, yang ditandai dengan bayi tidak segerah menangais, pernapasan lemah, tidak teratur, seluruh badan merah, ekstremitas biru, frekuensi jantung belum teratur.
2. Penanganan yang dilakukan pada bayi “ F “ di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar adalah mengeringkan tubuh bayi dengan mengganti selimut bayi yang basah dengan selimut yang kering dan bersih, membungkus tubuh bayi, mengatur posisi kepala bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi kemudian menhisap lender dari hidung dan mulut, melakukan rangsangan taktil, menilai usaha bernafas, dan frekuensi jantung, serta merawat tali pusat.
3. Hasilnya : Asfiksia ringan teratasi dengan kriteria :
a. Bayi menangis dan dapat bernafas spontan (34x/menit)
b. Seluruh tubuh kemerah-merahan.
c. Frekuensi denyut jantung teratur (110x/menit).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran :
1. Saran Untuk Bidan
a. Seorang bidan hendaknya mampu mengenali kompliksi yang mungkin timbul akibat kasus asfiksia.
b. Seorang bidan harus mampu mengambil keputusan klinik secara cepat untuk menghindari keterlambatan dalam merujuk sehingga dapat mencega kematian ibid an bayi.
c. dalam rangka pelayanan terhadap klien dengan asfiksia sebaiknya menggunakan proses manajemen asuhan kebidanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Rumah Sakit Bhyangkara Makassar.
d. Dalam penangan asfiksia perlu kerja sama yang baik antara bidan keluargaagar dapat mencegah terjadinya asfiksia sedang.
e. Diharapkan setiap tempat pelayanan harua menyiapkan peralatan yang memadai.
f. Bidan sebagai tenaga medis diharapkan pekah terhadap pertolongan persalinan sehingga dalam penganbilan keputusan klinik secara tepat untuk menghindari keterlambatan dalam mencegah kematian ibid an bayi.
2. Saran Untuk Institusi
a. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan professional.
b. Bagi institusi pendidikan khususnya insitusi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan mutu dan sarana pendidikan agar mendapat kesehatan yang berkualitas dan professional.

Tidak ada komentar: